
Dihujani Sentimen Negatif, IHSG Bersiap Hadapi Badai Hari Ini

Beralih ke Amerika Serikat, tiga bursa utama mereka mengakhiri perdagangan di zona merah. Bursa Wall Street ambruk setelah data PMI sektor jasa AS menunjukkan hasil di luar ekspektasi pasar.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 482,78 poin atau 1,4% ke 33.947,1. Indeks Nasdaq anjlok 1,93% atau 221,56 poin ke 11.239,94 sementara indeks S&P 500 melandai 72,86 poin atau 1,79% ke 3.998,84.
Di antara saham yang jatuh cukup dalam adalah Tesla. Tesla anjlok 6,4% setelah dikabarkan akan memangkas produksi hingga 20% di Shanghai, China.
Saham VF Corporation yang memproduksi brand terkenal seperti The North Face dan Timberland t ambruk 11,2% karena outlook pendapatan mereka akan lebih rendah.
Amazon dan Netflix melandai lebih dari 2% karena kekhawatiran jika pendapatan mereka akan menurun ke depan.
Saham yang mencatatkan kinerja positif di antaranya adalah Boeing. Produsen pesawat terbang tersebut sempat melonjak 1,2% menyusul kabar adanya pemesaran secara besar-besaran.
Survei Supply Management (ISM) menunjukkan PMI sektor jasa melompak ke 56,5 pada November 2022. Nilai tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 53,3 ataupun 54,4 yang tercatat pada Oktober 2022.
Sebanyak 13 sektor jasa di AS tumbuh pesat, termasuk sektor konstruksi, kesehatan, dan perdagangan eceran. Tiga sektor terkontraksi yakni informasi, managemen perusahaan dan sektor jasa pendukung.
Lonjakan PMI sektor jasa ini menunjukkan aktivitas ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi terancam masih tinggi. Kondisi ini tentu saja tidak diinginkan pelaku pasar karena bisa membuat The Fed mempertahankan kebijakan agresifnya.
"Kenaikan PMI sektor jasa jelas menjadi kabar baik bagi outlook eprtumbuhan ekonomi. Namun, itu bukan kabar baik bagi The Fed yang tengah berusaha menekan permintaan dan memerangi inflasi," tutur ekonom BMO Capital Markets Priscilla Thiagamoorthy, dikutip dari Reuters.
Membaiknya data PMI sektor jasa menegaskan sinyal jika laju ekonomi AS masih kencang sehingga inflasi masih 'panas'. Sehari sebelumnya, data tenaga kerha non-farm payroll juga menunjukan hasil yang di luar ekspektasi pasar.
AS melaporkan tambahan tenaga kerja mencapai 263.000 pada November 2022. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 200.000.
Membaiknya dua data tersebut bisa membuat The Fed berbalik arah. Pelonggaran kebijakan moneter yang diharapkan pelaku pasar juga makin jauh.
Seperti diketahui, Chairman The Fed Jerome Powell pekan lalu mengisyaratkan untuk menaikkan kebijakan suku bunga secara moderat. Pelaku pasar pun meyakini jika The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada 14-15 Desember mendatang.
The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 375 bps menjadi 3,75-4,0% pada tahun ini, termasuk kenaikan sebesar 75 bps masing-masing pada empat pertemuan terakhir.
Sementara itu, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup menguat 2,59% ke posisi 3,59% kemarin. Indeks dolar AS menguat 0,74% ke posisi 105,32.
(mae/mae)