
Dihujani Sentimen Negatif, IHSG Bersiap Hadapi Badai Hari Ini

Nilai tukar rupiah juga bertekuk lutut di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.465/US$, melemah 0,26% di pasar spot.
Pelemahan tersebut mengakhiri catatan positif mata uang Garuda yang sebelumnya menguat dalam tiga hari dengan kenaikan hampir 2%.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan fenomena strong dolar AS masih akan bertahan lama. Strong dolar terjadi karena kenaikan suku bunga The Fed secara agresif.
"Ke depan dolar itu masih akan kuat, tergantung tingginya inflasi. Bagaimana The Fed akan menimbang antara kenaikan suku bunga dengan risiko resesi. Tapi, kami memperkirakan strong dollar akan berakhir," jelas Perry dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023 bertajuk 'Mengelola Ketidakpastian Ekonomi di Tahun Politik' yang diselenggarakan oleh Indef, Senin (5/12/2022).
Bank UOB memproyeksikan posisi nilai tukar rupiah di tahun depan masih akan melemah, bahkan diperkirakan hingga mencapai di atas Rp 16.000/US$ di tahun depan.
"Ekspektasi kami tentang rupiah terhadap dolar AS yang lebih tinggi di masa mendatang, dengan prakiraan tidak berubah di Rp 15.900/US$ pada kuartal I-2023," jelas UOB dalam laporannya Quarterly Global Outlook 1Q2023.
Menurut UOB, nilai tukar rupiah akan melemah hingga Rp 16.000/US$ pada kuartal II-2023, serta Rp 16.000/US$ pada kuartal III-2023, dan Rp 16.200/US$ pada kuartal IV-2023,"
Sementara itu, harga mayoritas SBN ditutup melemah pada perdagangan Senin (5/12/2022). Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 30 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 30 tahun turun 2,6 basis poin (bp) ke posisi 7,26% pada perdagangan hari ini. Sementara untuk yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) naik 5,2 bp menjadi 6,902%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
(mae/mae)