CNBC Indonesia Research

Kebijakan Jokowi Segera 'Suntik Mati' PLTU, Tepatkah?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
15 November 2022 07:15
Infografis/ Hujan Cuan, Ini 11 Saham LQ45 Diam-diam Bisa Bikin Tajir/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Hujan Cuan, Ini 11 Saham LQ45 Diam-diam Bisa Bikin Tajir/Aristya Rahadian

Regulasi ketat untuk menurunkan emisi karbon, pada akhirnya tentu ikut menekan pendapatan negara dari sektor bisnis batu bara. Meski demikian dampak signifikan tidak akan terjadi secara langsung dan cepat, kecuali diperparah oleh tekanan harga.

Pemerintah memperoleh pendapatan dari setoran royalti (PNBP), iuran dan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tambang. Adapun porsi utama yang merupakan hidangan utama adalah royalti, mengingat kewajiban ini dibayarkan dari persenan penjualan, tanpa memedulikan untung rugi seperti setoran pajak.

Banyaknya pundi-pundi yang berpotensi diperoleh pemerintah juga didasari oleh besar kecilnya royalti - saat ini royalti batu bara ditetapkan dengan tingkat yang berbeda-beda. Terakhir tentu penerimaan royalti akan dipengaruhi oleh harga batu bara global.

Sejalan dengan prospek bisnis batu bara yang masih oke untuk jangka menengah, artinya pendapatan dari royalti juga ikut aman. Apabila harga dapat bertahan di rekor tertinggi, maka jumlah yang dikumpulkan negara juga akan naik, sejalan dengan kenaikan produksi.

Harga yang tinggi ikut membuat perusahaan tambang mengalami keuntungan, yang artinya ada tambahan setoran pajak yang akan diterima negara.

KESDM menyebutkan pada tahun 2021 realisasi PNBP minerba yang diterima negara mencapai Rp 75,16 triliun atau 192,2% dari target awal yakni Rp 39,1 triliun. Untuk tahun 2022, target penerimaan PNBP minerba ditetapkan sebesar Rp 42,36 triliun, yang mana tampaknya sangat mungkin terlewati karena tingginya harga komoditas batu bara dan sejumlah mineral utama lain tahun ini.

Setelah mencapai puncak produksi tertinggi penerimaan royalti dari batu bara berpotensi berkurang apalagi jika ditambah tekanan harga yang lebih lemah. Namun, kala masa itu datang, ekonomi Indonesia seharusnya telah mengalami industrialisasi pesat, sektor jasa mulai berkembang signifikan dan ketergantungan akan royalti dan sumber daya alam ikut berkurang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(fsd/fsd)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular