Bos FTX Dulu Jadi Pahlawan Kripto, Kini Hampir 'Kiamat'
Jakarta, CNBC Indonesia - Miliarder sekaligus CEO dari bursa kripto FTX, Sam Bankman-Fried terpaksa menelan pil pahit, di mana kekayaannya menyusut drastis.
Pria berusia 30 tahun ini harus kehilangan US$16 miliar atau Rp 232,5 triliun, hanya dalam 24 jam saja, berdasarkan laporan Bloomberg Billionaires Indeks.
Kekayaan Sam Bankman-Fried atau dapat dipanggil SBF terikat dengan aset kripto yang dimilikinya. Baik yang ada di bursa FTX maupun perusahaan broker kripto yang dimiliknya yakni Alameda Research.
Hilangnya kekayaannya itu juga diakibatkan jebloknya native token di FTX. Berdasarkan data CoinMarketCap kemarin harga koin FTT berada di kisaran US$ 4,49. Padahal pada akhir pekan lalu, token FTT masih diperdagangkan di kisaran US$ 25 per keping. Dalam sepekan terakhir, koin FTT ambles 89,01%, sedangkan dalam sebulan terakhir ambruk 88,3%.
Keuangan FTX dilaporkan memburuk dan berdampak pada penarikan US$ 6 miliar selama tiga hari terakhir. Tekanan yang dialami perusahaan sebagian besar datang dari rivalnya Changpeng Zhao, CEO Binance, yang mengatakan pihaknya akan melikuidasi kepemilikan atas token saingannya itu akibat adanya informasi terbaru.
Kasus FTX dan Alameda Research muncul setelah adanya laporan dari peneliti kripto Dirty Bubble Media, di mana mereka menuduh perusahaan Sam Bankman Fried lainnya yang bernama Alameda Research mengalami kebangkrutan. Alameda menaruh sebagian besar asetnya di FTT.
"Sepertinya Sam Bankman-Field menemukan cara untuk meretas sistem keuangan, mencetak miliar dolar dari udara tipis di mana ia dapat meminjam sejumlah besar dari rekanan yang tidak dikenal," tulis Dirty Bubble Media.
Beberapa hari kemudian CEO Binance, Changpeng Zhao atau biasa disebut CZ melalui akun Twitter pribadinya mengumumkan Binance akan menjual US$2 miliar token kripto FTT yang dimiliki dengan alasan "karena pengungkapan baru-baru ini yang terungkap".
Hal ini mendorong investor kripto mencoba mencairkan dananya di bursa kripto FTX namun mengeluh kesulitan melakukannya, bahkan perusahaan berhenti memproses permintaan pencairan dana pelanggan pada Selasa lalu. Perusahaan pun disebut mengalami krisis uang tunai.
(chd/chd)