CNBC Indonesia Research

Investor Institusi Out! 'Kiamat' Bitcoin Makin Dekat?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 October 2022 13:40
FILE PHOTO: A bitcoin representation is seen in an illustration picture taken at La Maison du Bitcoin in Paris, France, June 23, 2017. REUTERS/Benoit Tessier/File Photo
Foto: Ilustrasi bitcoin (REUTERS/Benoit Tessier)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin masih di kisaran harga US$ 19.000 pada perdagangan Senin (24/10/2022), meski pasar kripto secara mayoritas menguat pada hari ini.

Berdasarkan data dari CoinMarketCap pada hari ini pukul 11:55 WIB, Bitcoin menguat 0,78% ke posisi harga US$ 19.338,42/BTC atau setara dengan Rp 301.292.584/BTC (asumsi kurs Rp 15.580/US$).

Dalam sepekan terakhir, Bitcoin juga menguat 0,51% dan dalam sebulan terakhir Bitcoin terapresiasi 0,91%. Sementara sepanjang tahun ini, Bitcoin masih ambles 59,47%.

Adapun kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini mencapai US$ 370,89 miliar.

Bitcoin (BTC)Sumber: CoinMarketCap
Bitcoin (BTC)

Bitcoin telah diperdagangkan dalam kisaran yang ketat yakni di US$ 19.000, setidaknya dalam lebih sebulan terakhir.

Namun, ada kabar kurang menggembirakan, di mana investor cenderung masih melepas Bitcoin. Berdasarkan data dari CryptoQuant per 18 Oktober lalu, sekitar 48.000 Bitcoin dipindahkan dari Coinbase Pro, pertukaran favorit di antara investor institusional.

Sementara pada 18 Oktober lalu, Bitcoin mencatatkan outflow sebesar 36.209, berdasarkan data dari CryptoQuant di seluruh bursa kripto.

Tetapi per hari ini, Bitcoin kembali mencatatkan inflow sebesar 544,38, berdasarkan data dari CryptoQuant.

Bitcoin Exchange NetflowSumber: CryptoQuant

Nilai kripto yang dipindahkan pada 18 Oktober lalu berjumlah sekitar US$ 940 juta dan transaksi sebagian dibagi menjadi 122 Bitcoin, yang merupakan pola umum yang membuahkan hasil beberapa kali dalam bull run tahun lalu.

Di tengah korelasi yang cenderung menurun antara pasar saham dalam beberapa hari terakhir, pergerakan harga Bitcoin masih dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi global, sehingga volatilitasnya masih ada.

Namun pada kali ini, volatilitas Bitcoin cenderung mengecil, sehingga Bitcoin terus bertahan di kisaran US$ 19.000. Volatilitas Bitcoin yang cenderung mengecil menjadi perhatian utama pasar dalam beberapa hari terakhir, terutama bagi investor institusional.

Bahkan pada 18 Oktober lalu, investor institusional telah memindahkan lebih dari 38.000 unit Bitcoin senilai US$ 750 juta. Arus keluar kali ini menjadi yang terbesar sejak Juni lalu, saat Bitcoin jatuh ke level terendahnya di tahun 2022.

Hal ini dianggap sebagai akumulasi oleh para investor besar yang disebut sebagai para 'whales' Bitcoin, di mana mereka malah menambah kepemilikannya di Bitcoin.

Bitcoin dan pasar kripto lainnya telah berjuang untuk bertahan di tengah ketidakpastian kondisi global. Bitcoin kini sangat sulit untuk bertahan di level psikologisnya di US$ 20.000.

Jadi, untuk menuju level psikologis US$ 30.000 yang tercipta pada semester I lalu saja cukup sulit, apalagi mencapai level teringgi sepanjang masanya di kisaran US$ 56.000 yang terbentuk pada November lalu.

Banyak pengamat cenderung skeptis bahwa pada tahun ini Bitcoin dapat mencetak rekor tertinggi baru, apalagi tahun 2022 sudah tinggal 2 bulan saja.

Perjuangan yang cukup keras di pasar kripto terjadi setelah inflasi di AS mulai merangkak naik sejak awal tahun ini. Pada Januari 2022, inflasi di AS sudah berada di angka 7,5% dan terus merangkak naik hingga menyentuh level tertingginya di Juni lalu yakni sebesar 9,1%.

Inflasi yang terus menanjak membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mau tidak mau mengetatkan kebijakan moneternya dengan menaikkan suku bunga acuan dan mengurangi

The Fed akhirnya mulai menaikkan suku bunga ada Maret 2022. The Fed sangat agresif, dengan menaikkan suku bunga hingga 300 bp dalam tempo tidak sampai satu tahun, menjadi 3.00-3.25% pada pertemuan September lalu.

Memang, tingkat inflasi tahunan AS sudah melandai sejak Juni yang mencapai 9,1% menjadi 8,2% pada September, tetapi level 8% tetap tertinggi sejak era Great Inflation sekitar 1980-an.

Karenanya, The Fed diprediksi akan terus menaikkan suku bunga acuannya, hingga inflasi mereda di kisaran target jangka panjang 2%. Rapat FOMC selanjutnya berlangsung bulan depan, dan diprediksi ada kenaikan sehingga makin memperkering likuditas dolar AS.

Ketika inflasi masih 'panas' dan The Fed makin agresif, maka potensi perlambatan ekonomi semakin besar, dan para investor cenderung melepas aset kripto yang dikategorikan sebagai aset dengan tingkat risiko tinggi.

Perlambatan ekonomi membuat daya beli cenderung menurun dan juga dapat menurunkan selera risiko pasar, sehingga mereka menghindari aset berisiko seperti kripto.

Meski begitu, beberapa pengamat menilai bahwa mereka hanya cenderung menahan investasinya atau dapat disebut sebagai wait and see. Mereka melihat kondisi terkini dan kedepannya apakah The Fed bakal melunak atau tidak.

Tapi yang terpenting adalah Bitcoin dan kripto lainnya pada tahun ini mungkin saja sulit untuk mencetak rekor tertinggi barunya, kecuali ada sentimen positif yang lebih kuat dan mampu mendorong gerak harga kripto.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation