
Komoditas Kehabisan 'Bensin', Gimana Kabar Pasar Keuangan RI?

Well, bagaimanapun juga volatilitas di pasar keuangan AS akan berdampak ke pasar Asia termasuk Indonesia yang akan buka pagi ini.
Setidaknya ada beberapa faktor atau sentimen yang perlu menjadi cermatan bagi pelaku pasar hari ini. Fokus utama pelaku pasar saat ini adalah harga komoditas, kinerja keuangan emiten dan pergerakan nilai tukar.
Di pasar komoditas, harga batu bara memang naik 1,39% ke US$ 369/ton. Namun harga batu bara telah anjlok tajam dibandingkan dengan awal bulan September 2022 yang mencapai US$ 463/ton.
Anjloknya harga batu bara acuan global juga membuat saham-saham emiten batu hitam Tanah Air terkena pukulan telak.
Saham-saham blue chip sektor batu bara anjlok tajam kemarin. Saham PTBA drop 4,1%; ADRO melemah 5,8%, sedangkan saham ITMG, INDY dan HRUM anjlok lebih dari 6%.
Kenaikan harga batu bara yang minimalis sepertinya tidak cukup kuat untuk mendorong harga saham-saham batu bara yang menjadi pendorong penguatan IHSG sepanjang tahun ini.
Dari sisi nilai tukar, rupiah juga melemah 9,65% sepanjang tahun ini. Bank Indonesia (BI) melihat bahwa tekanan yang dihadapi rupiah ke depan masih akan besar seiring dengan agresivitas bank sentral AS untuk mengerek naik suku bunga.
"Dolar Amerika Serikat menguat hampir terhadap seluruh mata uang, baik mata uang negara utama, maupun sebagian besar mata uang emerging market (pasar negara berkembang)," jelasKepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Senin (1/11/2022).
Dengan harga komoditas yang mulai melandai dan peluang pelemahan rupiah, katalis positif untuk mendorong penguatan harga aset investasi domestik menjadi terbatas.
Investor kini hanya bisa menaruh harapan pada amunisi terakhir yaitu kinerja keuangan emiten kuartal III-2022.
Dari beberapa emiten yang sudah merilis kinerja kuartal III-2022, hasilnya memang masih baik. Laba bank-bank kakap yang menjadi proxy untuk kesehatan pasar modal Indonesia masih tumbuh positif.
Kinerja korporasi juga tumbuh tercermin dari laporan keuangan emiten BUMN pada kuartal III-2022.
Secara agregat kedua belas BUMN tersebut mencatatkan laba bersih sebesar Rp 77,1 triliun hingga September 2022.
Laba bersihnya naik 39% year on year (yoy) dibanding September 2021 yang hanya mencapai Rp 55,6 triliun.
Kendati kinerja keuangan moncer, akan tetapi rasanya masih sulit untuk IHSG kembali tembus 7.100 dan yield SBN turun kembali ke level 7%.
(trp/luc)