Newsletter

Komoditas Kehabisan 'Bensin', Gimana Kabar Pasar Keuangan RI?

Putra, CNBC Indonesia
02 November 2022 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke bursa saham AS, indeks saham Wall Street dibuka hijau cerah di awal bulan November 2022. Namun penguatan tidak berlangsung lama sebelum indeks jatuh ke zona koreksi.

Indeks Dow Jones naik 0,37%; indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menguat 0,6% dan 0,85%. Namun hingga akhir perdagangan, ketiganya sudah 'nyungsep' ke zona merah dimana Dow longsor 0,24%, S&P 500 merah 0,41%, dan Nasdaq down 0,89%.

Volatilitas di pasar aset-aset berisiko seperti saham masih dirasakan oleh berbagai pihak terutama investor.

Volatilitas yang tinggi tecermin dari pergerakan berfluktuasi. Bayangkan saja di bulan Oktober 2022, ketiga indeks saham Bursa New York berhasil mencatatkan kinerja yang positif. Bahkan Dow Jones menguat 14% dan menjadi kinerja bulanan terbaik sejak Januari 1976.

Penguatan Dow Jones yang melebihi kedua indeks lain yaitu S&P 500 dan Nasdaq Composite cenderung ditafsirkan sebagai fenomena investor yang cenderung bermain defensif karena konstituen Dow Jones kebanyakan saham blue chip dan berfundamental baik.

Di sisi lain, kendati ada penurunan yield obligasi AS (US Treasury Note), tetapi tidak terlalu terasa. Untuk diketahui, yield obligasi negara acuan AS tenor 10 tahun sempat turun ke bawah 4%. Namun penurunannya hanya 3 basis poin (bps) saja dan masih dalam tren naik.

Pelaku pasar masih terus mencermati kelanjutan musim rilis laporan keuangan di AS. Optimisme mulai muncul seiring dengan adanya ekspektasi tentang ekonomi China dan kebijakan bank sentral AS.

Narasi bahwa China akan segera keluar dari kebijakan zero Covid-19 policy mulai banyak diperbincangkan di kalangan pelaku pasar.

Jika China mengakhiri kebijakan zero covid policy yang selama ini mereka jalankan, maka ada harapan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu akan tumbuh.

Di sisi lain ada juga yang berekspektasi bahwa bank sentral AS akan mulai menurunkan kadar hawkish-nya melihat kondisi ekonomi AS yang diramal bakal terguncang resesi.

Untuk bulan November ini, Fed diperkirakan masih akan mengerek naik suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 4%.

Rasanya masih terlalu dini untuk berekspektasi lebih pada kondisi yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini.

Respons pasar juga masih sangat reaktif terhadap berbagai kemungkinan yang ada termasuk jatuhnya ekonomi global ke jurang resesi dan krisis keuangan yang menjadi momok menyeramkan.

(trp/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular