Newsletter

Asing Mulai Buy Lagi, Gimana Nasib Pasar Keuangan Hari Ini?

Putra, CNBC Indonesia
31 October 2022 06:05
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham, obligasi negara, dan nilai tukar rupiah kompak menguat sepanjang pekan lalu. Namun, apresiasi yang dialami masih tergolong tipis karena sentimen belum benar-benar mendukung.

IHSG hanya menguat 0,55% dalam seminggu terakhir. IHSG ditutup melemah 0,5% di 7.056,04 pada perdagangan Jumat (28/10/2022).

Dari 5 hari perdagangan, indeks saham acuan nasional hanya mengalami apresiasi 2 kali saja yaitu di awal pekan dan pada Kamis.

Namun aliran dana asing ke saham mulai masuk. Statistik perdagangan mencatat ada inflow dana asing sebesar Rp 1,5 triliun minggu ini di pasar reguler.

Pelaku pasar juga mencermati musim rilis laporan keuangan emiten. Emiten yang mulai banyak merilis laporan keuangan kuartal III-2022 adalah emiten perbankan.

Setidaknya sudah ada 7 bank yang melaporkan kinerja keuangan yaitu : PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO).

Dari ketujuh bank tersebut, laba bersih kumulatifnya tercatat sebesar Rp 77,9 triliun pada Sembilan bulan tahun ini, atau melonjak 44% secara year on year (yoy) dari periode yang sama tahun 2021 yang hanya Rp 54,1 triliun.

Laba bersih bank-bank kakap masih melonjak dobel digit secara tahunan. Laba bersih BBCA naik 25% yoy, BMRI naik 59% yoy dan BBNI tumbuh 77%.

Sisa BBRI yang belum melaporkan kinerja keuangannya. Namun jika berkaca pada kuartal II-2022 yang tumbuh 98% yoy, besar kemungkinan laba di kuartal III-2022 juga masih meningkat pesat.

Laba Bersih (Rp Juta)

9M21

9M22

YoY

BBCA

23,198,682

28,954,563

25%

BBNI

7,746,317

13,692,217

77%

BMRI

19,229,075

30,652,786

59%

BNGA

3,150,480

3,842,785

22%

BTPS

1,096,286

1,327,667

21%

BBYB

- 264,744

- 601,171

127%

ARTO

- 32,605

40,573

224%

Total

54,123,491

77,909,420

44%

Sementara itu pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami kenaikan yang tercermin dari penurunan imbal hasil (yield) untuk tenor acuan 10 tahun.

Yield SBN 10 tahun ditutup di 7,58% pada perdagangan Jumat kemarin atau turun 7 basis poin (bps) dari akhir pekan sebelumnya di 7,65%.

Nilai tukar rupiah juga mengalami penguatan. Di pasar spot, rupiah menguat 0,52% sepekan dan ditutup di Rp 15.548/US$. Indeks dolar AS secara bersamaan juga melemah nyaris 1%.

Bagaimanapun juga penguatan rupiah masih terbatas. Rupiah masih bergerak di atas Rp 15.500/US$ di sepanjang minggu ini.

Beralih ke Wall Street, indeks saham acuan Bursa New York mengalami kenaikan tajam sepanjang pekan lalu. Indeks Dow Jones naik 2,59%; S&P 500 menguat 2,46% dan Nasdaq Composite terbang 2,87% pada Jumat (28/10/2022).

Dalam sepekan ketiga indeks tersebut juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Indeks Dow Jones naik 4,32%; indeks S&P 500 menguat 2,73% dan Nasdaq Composite meningkat 1,37% secara mingguan.

Penguatan indeks saham Wall Street juga didorong oleh penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara (US Treasury). Untuk diketahui, yield US Treasury 10 tahun turun dari 4,23% menjadi 4,01%.

Sebenarnya pasar keuangan global belum benar-benar kondusif. Isu resesi di tahun 2023 masih terus dihembuskan oleh berbagai pihak.

Kekhawatiran soal resesi bukan tanpa alasan. Di saat inflasi masih naik, bank sentral terutama negara-negara Barat masih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.

Di minggu ini saja ada 2 bank sentral negara Barat yang mengetatkan kebijakan moneternya yaitu Bank of Canada (BoC) yang mengerek naik suku bunga acuan 50 basis poin (bps) pada Rabu (26/10/2022).

Selain bank sentral Kanada ada juga bank sentral Uni Eropa yaitu ECB yang juga menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps.

Rilis data ekonomi yang melampaui proyeksi dari China dan AS sebagai dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia masih belum mampu menjadi katalis positif untuk kinerja aset keuangan berisiko seperti saham.

Di awal pekan ada China yang melaporkan ekonominya tumbuh 3,9% year on year (yoy) pada kuartal III-2022.

Ekonomi China tumbuh lebih tinggi dari kuartal II-2022 yang hanya mengalami ekspansi 0,4% yoy dan diperkirakan hanya tumbuh 3,4% yoy oleh konsensus ekonom pada kuartal III-2022.

AS juga melaporkan kinerja ekonomi yang lebih baik dari perkiraan. Di kuartal III-2022, Produk Domestik Bruto (PDB) AS dilaporkan tumbuh 2,6% secara tahunan melampaui kinerja kuartal II-2022 yang mengalami kontraksi 0,6% dan perkiraan konsensus yang tumbuh 2,4% saja.

Penguatan aset berisiko seperti saham di Wall Street akhir pekan lalu diharapkan dapat menular ke pasar keuangan Asia yang akan buka pagi ini.

Indeks dolar AS juga mengalami pelemahan 1%. Di saat yang sama harga emas sebagai aset minim risiko yang melemah nyaris 1%. Namun aset digital token kripto yaitu Bitcoin dan Ethereum justru menguat.

Di tengah-tengah kondisi yang belum benar-benar kondusif risk appetite investor cenderung membaik. Namun investor juga perlu mencermati berbagai sentimen yang berpotensi menggerakkan saham pekan ini yang berasal dari eksternal maupun domestik.

Dari eksternal ada beberapa rilis data penting yang perlu dicermati dari Eropa maupun AS. Dari Eropa akan ada rilis data inflasi untuk bulan Oktober 2022.

Konsensus memperkirakan inflasi Uni Eropa bulan Oktober naik 10,2% year on year (yoy), atau naik lebih tinggi dibandingkan dengan bulan September 2022.

Selain rilis data inflasi ada juga rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022. Ekonomi Uni Eropa diperkirakan tumbuh minimalis 0,2% quarter on quarter (qoq) dan 2,1% yoy.

Artinya pelaku pasar memperkirakan ekonomi Uni Eropa mengalami perlambatan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 0,8% qoq dan 4,1% yoy.

Kemudian dari AS, akan ada pengumuman kebijakan suku bunga Fed. Pelaku pasar memperkirakan Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps di bulan November 2022.

Asal tahu saja, Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sejak Maret 2022 hingga September 2022 sebesar 300 bps. Suku bunga dikerek naik dari 0,25% menjadi 3,25%.

Apabila Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps lagi maka suku bunga acuan akan berada di 4% untuk bulan November 2022.

Kemudian dari dalam negeri, di awal bulan November akan ada rilis data inflasi untuk bulan Oktober 2022. Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi di bulan Oktober 2022 naik 6% yoy.

Menurut Survei Perkembangan Harga (SPH) Bank Indonesia (BI), komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu bensin sebesar 0,05% (mtm), tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04% (mtm), tahu mentah sebesar 0,02% (mtm), beras, tempe, angkutan antar kota dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu keempat Oktober yaitu cabai merah sebesar -0,11% (mtm), telur ayam ras sebesar -0,07% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04% (mtm), cabai rawit sebesar -0,03% (mtm), serta tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data produksi industri, penjualan ritel dan output konstruksi Korea Selatan bulan September 2022 (06:00 WIB).

  • Rilis data produksi industri dan penjualan ritel Jepang bulan September 2022 (06:50 WIB).

  • Rilis data PMI manufaktur China bulan Oktober 2022 (08:30 WIB).

  • Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Jepang bulan Oktober 2022 (12:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY)

5,44 %

Inflasi (September 2022, YoY)

5,95%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2022)

4,75%

Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022)

-3,92% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2022)

1,1% PDB

Cadangan Devisa (Juli 2022)

US$ 130,8 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular