CNBC Indonesia Research

Resesi 2023: "Kebangkrutan Besar & Krisis Finansial Berlarut"

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 October 2022 07:45
Sri Lanka Economic Crisis
Foto: AP/Eranga Jayawardena

Reuters pada Juli lalu merangkum beberapa negara yang sudah bangkrut dan memiliki risiko kebangkrutan dan krisis yang besar.

Lebanon sudah resmi mengalami kebangkrutan. September lalu dikabarkan sudah setuju melakukan 10 poin reformasi guna mendapat bantuan dari Dana Moneter International (IMF) senilai US$ 3 miliar.

Sri Lanka juga sedang bernegosiasi dengan IMF mengenai dana bailout senilia US$ 2,9 miliar, yang diperkirakan akan cari Desember mendatang. Sri Lanka juga sudah resmi mengalami kebangkrutan

Argentina kembali menjadi pasien IMF awal tahun ini, untuk menggantikan program yang gagal pada 2018. IMF menyetujui review kedua dari program fasilitas pembiayaan tambahan senilai US$44 miliar, tanpa meminta syarat pencairan apapun.

IMF juga sudah menyetujui pencairan senilai US$3.8 miliar, sehingga menambah total pinjaman sekitar US$17.5 miliar dari plafon.

Tunisia mengalami krisis finansial terburuk akibat pandemi Covid-19 kemudian perang Rusia-Ukraina. Fitch Rating memprediksi Tunisia akan mengalami defisit transaksi berjalan hingga 8,4% dari produk domestik bruto (PDB) di tahun ini, lebih tinggi dari 2021 sebesar 6,3%.

Tunisia juga sedang bernegosiasi dengan IMF untuk mendapatkan pinjaman senilai US$ 2 miliar - US$ 4 miliar untuk menghindari kebangkrutan.

"Besarnya pinjaman masih dalam negosiasi dan saya rasa di kisaran US$ 2 miliar sampai US$ 4 miliar, kami berharap akan mencapai kesepakatan dalam beberapa pekan ke depan," kata gubernur bank sentral Tunisia, Marouane Abassi kepada Reuters pertengahan September lalu.

Ghana memiliki rasio utang terhadap PDB yang sangat tinggi, sekitar 85%. Hal ini diperburuk dengan jeblonya nilai tukar mata uang cedi sebesar 41% sepanjang tahun ini, dan inflasi pun meroket hingga 33,9% year-on-year (yoy) pada Agustus lalu.

Pemerintah Ghana pun saat ini tengah berunding dengan IMF agar mendapat paket batuan untuk men-support perekonomian.

Mesir dilanda capital outflow yang hingga US$ 20 miliar di tahun ini, berdasarkan estimasi JPMorgan. Rasio utang juga mencapai 95% dari PDB, FIM Partners memperkirakan Mesir harus membayar utang dalam bentuk hard currency senilai US$ 100 miliar dalam 5 tahun ke depan, termasuk US$ 3,3 miiliar dalam bentuk obligasi di 2024.

Pada Maret lalu, Mesir sudah mengajukan pinjaman baru, tetapi pada Juli lalu IMF mengatakan negara tersebut perlu membuat "kemajuan yang menentukan" dalam reformasi fiskal dan struktural.

Goldman Sachs memperkirakan Mesir perlu mendapat paket pinjaman senilai US$ 15 miliar dalam 3 tahun ke depan untuk pendanaan negara, tetapi pemerintahnya dilaporkan mengajukan angka yang lebih kecil.

Kenya harus membayar bunga pinjaman senilai 30% dari total pendapatannya. Kemudian nilai obligasinya anjlok hingga lebih dari 50%, dan jatuh tempo senilia US$ 2 miliar di 2024.

Rasio utang Kenya mencapai 70% dari PDB, dan juga mengajukan pinjaman lagi kepada IMF. Pada Juli lalu IMF sudah mencairkan pinjaman senilai US$ 235.6 juta.

Selain negara-negara tersebut, dalam masih ada Etiopia, El Savador, Pakistan, Belarusia, Nigeria hingga Ukraina yang masuk dalam rangkuman Reuters yang berada dalam risiko kebangkrutan.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Indonesia Juga Bisa Terseret

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular