IMF Beri Kabar Buruk Soal Amerika, Awas Dunia Kacau Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 June 2023 15:35
IMF Managing Director Kristalina Georgieva speaks during a press conference after a meeting of the heads of international financial and economic organisations in Berlin, on November 29, 2022. (Photo by Tobias SCHWARZ / AFP)
Foto: Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. (AFP/TOBIAS SCHWARZ)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Amerika Serikat (AS) melawan inflasi masih jauh dari kata selesai, bahkan data terakhir menunjukkan pasar tenaga yang kuat. Dana Monter Internasional (IMF) juga menyoroti penyaluran kredit yang masih besar saat suku bunga sudah sangat tinggi.

Pada Jumat pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan sepanjang Mei perekonomian mampu menyerap 339.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls), jauh lebih tinggi dari prediksi 190.000 orang. Berdasarkan catatan Dow Jones, penyerapan tenaga kerja tersebut sudah 29 bulan beruntun lebih tinggi dari ekspektasi.

Tingkat pengangguran mengalami kenaikan menjadi 3,7%, tetapi masih di dekat level terendah sejak 1969.

Kenaikan upah per jam juga masih kuat, sebesar 4,3% year-on-year.

Dalam kondisi saat ini, tentunya bukan itu yang diharapkan. Inflasi bakal "mendarah daging", suku bunga akan terus tinggi, dan sangat buruk untuk perekonomian yang bisa menciptakan wage-price spiral.

Di sisi lain, penyaluran kredit juga masih besar, yang menjadi indikasi dunia usaha tetap berekspansi.

"Kami tidak melihat pelambatan signifikan dari penyaluran kredit. Ada beberapa, tetapi tidak dalam skala yang membuat The Fed berbalik memangkas suku bunga," kata Direktur Pelaksana IMF, Kritalina Georgiva, sebagaimana dikutip CNBC International, Senin (5/6/2023).

Dengan pasar tenaga kerja yang kuat, disertai dengan kenaikan upah yang tinggi, daya beli masyarakat akan terjaga. Kenaikan upah yang tinggi membuat beban perusahaan meningkat, yang pada akhirnya dibebankan ke masyarakat dengan menaikkan harga produk. Mengingat daya beli masyarakat masih kuat, inflasi pun tercancam terus meningkat, itulah wage-price spiral.

IMF pun menyebut The Fed perlu menaikkan suku bunga lagi. Sejauh ini, pelaku pasar masih optimis bank sentral paling powerful di dunia tersebut tidak akan lagi menaikkan suku bunga pada pertengahan bulan nanti.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat probabilitas suku bunga bunga dinaikkan hanya 20%, sisanya yakin akan tetap sebesar 5% - 5,25%.

Sehingga jika The Fed kembali menaikkan suku bunga, pasar finansial dunia tentunya bisa gonjang-ganjing lagi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation