CNBC Indonesia Research

Resesi Ada Jenisnya, Yang Paling Ngeri Bakal Terjadi di 2023?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 October 2022 07:10
[THUMB] Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu resesi dunia di 2023 terus menguat. Disebabkan inflasi yang tinggi, bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga dengan agresif. Dua faktor tersebut menjadi 'duet maut' yang membawa dunia ke resesi.

Inflasi membuat daya beli masyarakat menurun, sedangkan suku bunga tinggi membuat ekspansi dunia usaha terhambat begitu juga dengan belanja rumah tangga. Resesi pun menjadi keniscayaan.

Pasar finansial sudah merespon risiko tersebut. Bursa saham Amerika Serikat (AS) sebagai kiblat bursa saham dunia rontok. Bursa saham lainnya pun ikut menyusul.

Di sisi lain, indeks dolar AS meroket hingga menyentuh level tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Seperti diketahui, dolar AS merupakan aset safe haven, ketika risiko resesi semakin nyata, maka daya tariknya semakin meningkat.

Resesi sebenarnya suatu yang biasa dalam siklus ekonomi, tetapi pelaku pasar melihat seberapa parah dampak yang ditimbulkan. Ada beberapa tipe-tipe resesi, meski tidak ada literatur resmi, tetapi kenyataannya pernah terjadi.

Berikut beberapa jenis resesi yang pernah terjadi, sebagaimana dirangkum Economic Help.

1. Boom and bust recession

Resesi jenis ini terjadi ketika suatu negara mengalami economic boom. Pertumbuhan ekonominya melesat di atas pertumbuhan rata-rata. Kenaikan tersebut memicu tingginya inflasi dan defisit transaksi berjalan. Pertumbuhan ekonominya pun cenderung tidak berkelanjutan.

Ketika inflasi menanjak, maka bank sentral akan menaikkan suku bunga. Dengan suku bunga tinggi, belanja rumah tangga akan direm, dan cenderung melakukan saving, hal ini pada akhirnya memicu resesi.

Resesi jenis ini biasanya terjadi dalam waktu singkat dan tidak parah. Ketika inflasi mulai melandai, bank sentral bisa kembali menurunkan suku bunga, dan membuat perekonomian pulih.

2. Balance sheet recession

Krisis finansial global 2008 menjadi contoh resesi ini. Artinya, balance sheet recession bisa berdampak buruk dan terjadi dalam waktu yang panjang. 

Resesi ini terjadi ketika neraca perbankan maupun perusahaan mengalami penurunan yang sangat besar akibat kemerosotan harga aset dan kredit macet.

Saat itu terjadi, perbankan akan membatasi penyaluran kredit, pada akhirnya berdampak pada investasi maupun ekspansi dunia usaha, yang pada akhirnya berdampak pada kontraksi perekonomian alias resesi yang dalam. Resesi yang terjadi pada periode 2007 hingga 2009 di Amerika Serikat juga sering disebut great recession.

3. Supply-side shock recession

Resesi ini terjadi akibat masalah pasokan, dan pernah terjadi di tahun 1973 akibat minyak mentah. Saat itu harga minyak mentah meroket dan memicu inflasi tinggi. Alhasil bank sentral menaikkan suku bunga yang berdampak pada stagflasi hingga resesi.

4. Economic Depression

Ini merupakan resesi yang paling parah. Depresi terjadi saat kontraksi ekonomi yang sangat dalam serta berlangsung dalam periode yang lama, setidaknya selama 3 tahun. Kontraksi ekonomi mencapai dobel digit persentase begitu juga dengan tingkat pengangguran. 

HALAMAN SELANJUTNYA >>> 2023 Bakal Lebih Parah Dari Yang Pernah Ada?

Jika melihat kondisi global saat ini, yang akan terjadi di 2023 adalah supply-side shock recession. Inflasi tinggi yang melanda di berbagai negara diawali oleh tingginya harga energi.

Bank sentral di berbagai negara pun sangat agresif menaikkan suku bunga.

Bank sentral AS (The Fed) misalnya, sepanjang tahun ini kenaikannya sebesar 300 basis poin, menjadi 3% - 3,25% dan masih akan terus berlanjut.

Pada November nanti, bank sentral paling powerful di dunia ini diperkirakan akan menaikkan lagi sebesar 75 basis poin menjadi 3,75% - 4%. Tidak cukup sampai di situ, kenaikan masih akan terus dilakukan hingga awal tahun depan.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat suku bunga The Fed berada di level 4,75% - 5% pada Februari 2023.

Langkah agresif tersebut dilakukan guna menurunkan inflasi yang saat ini masih berada di dekat level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

Jika inflasi tidak juga turun, maka stagflasi yang akan terjadi, dan ini lebih buruk ketimbang resesi.

Tidak seperti resesi yang sering terjadi, stagflasi cukup langka. Istilah stagflasi pertama kali muncul pada 1970an di Amerika Serikat (AS), dan belum lagi pernah terjadi.

Stagflasi merupakan periode pelambatan atau stagnannya perekonomian disertai dengan inflasi yang tinggi. Sementara resesi merupakan kontraksi pertumbuhan ekonomi setidaknya dalam dua kuartal beruntun.

Efek keduanya sama-sama buruk bagi perekonomian maupun masyarakat, tetapi stagflasi bisa lebih parah.

Ketika inflasi tinggi dan produk domestik bruto (PDB) melambat atau stagnan, maka perlahan-lahan kondisi ekonomi akan semakin memburuk atau 'mati pelan-pelan'.

Saat kondisi perekonomian memburuk, pemutusan hubungan kerja (PHK) akan terjadi secara masif, dan tingkat pengangguran akan meroket. Inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi bisa menjadi ciri khas dari stagflasi. Sebab, keduanya biasanya berkebalikan.

Ekonom Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, ketika sukses memprediksi krisis finansial 2008, kini memproyeksikan resesi akan menghantam Amerika Serikat di akhir 2022 sebelum menyebar secara global tahun depan.

"Ini tidak akan menjadi resesi yang singkat dan dangkal, ini akan menjadi resesi yang parah, panjang dan buruk," kata Roubini, sebagaimana dilansir Fortune, Rabu (21/9/2022).

Ia melihat kondisi ekonomi saat ini mirip dengan 2007/2008, dilihat dari tingginya utang negara dan korporasi. Menurut Roubini angka rasio jumlah utang swasta dan publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) global yang telah melonjak dari 200% pada 1999 menjadi 350% tahun ini.

Artinya ada risiko resesi yang terjadi gabungan antara 1970an dan 2008, dan ini bisa sangat mengerikan.

Dalam artikel Majalah Time yang terbit Kamis (13/10/2022), Dr. Doom mengatakan dunia akan menuju kebangkrutan besar-besaran dan krisis finansial yang berlarut-larut.


(pap/pap) Next Article Resesi, "Jalan Ninja" Bank Sentral Dunia Selamatkan Negara!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular