
Angin Surga Datang dari Wall Street, Kabar Baik Buat IHSG?

Pada hari ini, investor akan memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang berhasil rebound pada perdagangan Senin kemarin.
Bursa Wall Street berhasil rebound, ditopang oleh rencana Inggris yang ingin membalikan arah ekonomi dan positifnya dari rilis kinerja keuangan beberapa emiten perbankan di AS, seperti Bank of America.
Positifnya kinerja keuangan Bank of America pada kuartal III-2022 dapat mengangkat optimisme pasar tentang musim pendapatan perusahaan.
Di lain sisi, faktor lain yang menjadi pendorong kuatnya perdagangan Senin kemarinadalah perkembangan politik di Eropa, di mana menteri keuangan Inggris yang baru yakni Jeremy Hunt mengumumkan bahwa hampir semua pemotongan pajak yang direncanakan akan dibatalkan.
Hal ini membuat mata uang Inggris yakni poundsterling diperdagangkan lebih dari 1%, lebih tinggi di hampir GBP 1,135/US$.
Meski terlihat rebound, tetapi pasar saham AS masih berada di tren bearish, walaupun pasar saham AS telah berjuang cukup keras selama periode September lalu, di mana secara historis bulan lalu merupakan periode yang cukup sulit untuk bangkit.
Selain dari pergerakan Wall Street, pada hari ini, pelaku pasar terutama di kawasan Asia-Pasifik seharusnya bakal memantau rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2022.
Namun, rilis data tersebut ditunda akibat adanya kongres Partai Komunis yang berkuasa selama seminggu, di mana acara ini dilaksanakan dua kali dalam satu dekade yang merupakan waktu yang sangat sensitif di China.
Penundaan rilis data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal III-2022 dapat memicu ketidakpastian investor dan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Dilansir dari Bloomberg, Senin kemarin, Biro Statistik Nasional (NBS) memperbarui jadwal rilis PDB dengan keterangan "ditunda" tanpa memberikan keterangan dan informasi tanggal publikasi baru.
Data PDB China sebelumnya dijadwalkan rilis pada hari ini pukul 09.00 WIB. Selain data PDB, data lain yang juga ditunda termasuk output industri bulanan, produksi energi, investasi aset tetap, investasi dan penjualan properti, penjualan ritel dan harga rumah.
Tak hanya data-data tersebut, data neraca perdagangan China pun hingga Senin kemarin masih ditunda perilisannya. Padahal seharusnya, data neraca perdagangan China pada periode September 2022 dirilis Jumat pekan lalu.
Penundaan rilis data PDB yang belum pernah terjadi sebelumnya membuat investor khawatir dan menambah ketidakpastian terhadap prospek ekonomi Negeri Panda ini.
"Ini dapat menyebabkan ketidakpastian dan kehati-hatian investor karena tidak adanya penjelasan alasan penundaan tersebut," kata kepala analis valas Mizuho Bank Ltd. Ken Cheung.
Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan PDB China pada kuartal III-2022 tumbuh 3,4%, dari sebelumnya pada kuartal II-2022 yang hanya tumbuh 0,4%.
Hal ini karena ekonomi China mulai merasakan dampak dari serangkaian kebijakan pendukung pemerintah yang diperkenalkan dalam beberapa bulan terakhir.
Sementara itu menurut CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya mengatakan bahwa pola gerak IHSG hingga saat ini terlihat masih bersifat konsolidatif sehingga risiko terjadinya koreksi wajar masih perlu diwaspadai.
Namun selama support level terdekat masih mampu dipertahankan maka IHSG masih memiliki peluang yang cukup besar untuk kembali dalam jalur uptrend jangka pendeknya.
"Selama support level terdekat masih mampu dipertahankan maka IHSG masih memiliki peluang yang cukup besar untuk kembali dalam jalur uptrend jangka pendeknya, fluktuasi nilai tukar Rupiah juga turut memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG, hari ini IHSG berpotensi menguat," tutur William Surya, dalam analisisnya.
(chd/sef)