
Angin Surga Datang dari Wall Street, Kabar Baik Buat IHSG?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kompak ditutup cerah bergairah pada perdagangan Senin kemarin, setelah pada akhir pekan lalu sempat kembali melemah karena investor masih khawatir dengan masih tingginya inflasi di AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,86% ke posisi 30.185,82. Sedangkan indeks S&P 500 melejit 2,65% ke 3.677,95, dan Nasdaq Composite terbang 3,43% menjadi 10.675,8.
Indeks S&P 500 baru saja keluar dari zona penurunannya dalam empat hingga lima minggu terakhir. Pergerakan besar di kedua arah dalam beberapa pekan terakhir telah memberi rasa tidak nyaman di Wall Street, meskipun beberapa percaya pasar akan rebound.
"Masa pergerakan moving average (MA) 200 minggu adalah dasar support yang serius sampai perusahaan sepenuhnya mengakui atau resesi secara resmi tiba, yang keduanya bisa memakan waktu beberapa bulan lagi dan mengarah ke reli secara teknikal dalam jangka pendek," kata Mike Wilson dari Morgan Stanley dalam sebuah catatan, dikutip dari CNBC International.
Sedangkan hari-hari kuat bagi Nasdaq kembali terbentuk karena ditopang oleh saham teknologi spekulatif, seperti saham Zoom Video yang melonjak 6%. Sedangkan saham internet China mengungguli.
Sementara itu, musim rilis kinerja keuangan emiten di AS pada kuartal ketiga tahun ini telah dimulai. Investor sedang memantau apakah perusahaan di AS akan melakukan revisi penurunan yang signifikan terhadap pandangan mereka dalam menghadapi inflasi yang sangat tinggi dan perlambatan ekonomi.
Saham Bank of America melonjak 6,06%, karena pendapatan bunga bersih pemberi pinjaman didukung oleh kenaikan suku bunga pada kuartal tersebut, meskipun menambahkan US$ 378 juta ke cadangan kerugian pinjaman untuk menopang ekonomi yang melemah.
Sedangkan Bank of New York Mellon juga diuntungkan dari suku bunga yang lebih tinggi dan sahamnya melesat 5,08%.
Selain perusahaan perbankan di AS, beberapa perusahaan teknologi besar di AS juga akan merilis kinerja keuangannya pada kuartal III-2022 pada pekan ini. Adapun perusahaan teknologi tersebut yakni Netflix, Tesla dan IBM.
Di lain sisi, faktor lain yang menjadi pendorong kuatnya perdagangan Senin kemarinadalah perkembangan politik di Eropa, di mana menteri keuangan Inggris yang baru yakni Jeremy Hunt mengumumkan bahwa hampir semua pemotongan pajak yang direncanakan akan dibatalkan.
Hal ini membuat mata uang Inggris yakni poundsterling diperdagangkan lebih dari 1%, lebih tinggi di hampir GBP 1,135/US$, dan utang pemerintah Inggris menguat tajam.
Meski terlihat rebound, tetapi pasar saham AS masih berada di tren bearish, setelah berjuang hingga September, di mana secara historis bulan lalu merupakan periode yang cukup sulit untuk bangkit.
Beberapa analis mengatakan bahwa valuasi saham yang lebih baik memasuki periode yang secara tradisional lebih kuat untuk saham juga mendukung reli Senin. Kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang agresif bisa menjadi batu sandungan.
"Saat ini The Fed memiliki pasar, di mana kebijakan The Fed adalah pendorong utama, mereka menerapkan pengetatan paling agresif dalam waktu sesingkat yang telah kita lihat di generasi kita dan penting untuk diingat bahwa kebijakan The Fed, bekerja dengan ketinggalan," kata Roland, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) cenderung menurun pada perdagangan hari ini.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun melandai 5 basis poin (bp) menjadi 4,45%.
Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun cenderung tidak banyak berubah, yakni masih di atas 4% pada perdagangan Senin kemarin waktu AS.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
(chd/sef)