Newsletter

Ancaman Resesi Kian Ngeri, IHSG Bisa Happy Weekend?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
23 September 2022 06:00
Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York
Foto: Getty Images/Per-Anders Pettersson

Pasar saham Amerika Serikat (AS) kembali terkoreksi pada hari Kamis (22/9) pasca pengumuman kenaikan suku bunga yang masih agresif oleh The Fed. Hal ini membuat investor semakin khawatir bahwa kebijakan bank sentral untuk mengekang inflasi yang masih liar akan mendorong ekonomi ke jurang resesi.

Ketiga indeks utama Wall Street menyelesaikan sesi hari Kamis di zona merah. S&P 500 turun 0,84%, sedangkan indeks padat teknologi NASDAQ ambles 1,37%. Terakhir indeks perusahaan blue chip Dow Jones Industrial Average ditutup 107,10 poin lebih rendah, atau melemah 0,35%.

Saham teknologi dan semikonduktor yang berorientasi pertumbuhan turun signifikan di tengah kekhawatiran memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sektor industri dan konsumer non-primer adalah sektor S&P 500 yang berkinerja terburuk, masing-masing kehilangan sekitar 1,5% dan 2,2%, karena ketergantungan mereka pada siklus ekonomi.

"The Fed membuka jalan bagi sebagian besar ekonomi dunia untuk melanjutkan kenaikan suku bunga yang agresif yang [berpotensi] menyebabkan resesi global, dan seberapa parahnya akan ditentukan pada berapa lama inflasi turun," kata Ed Moya , seorang analis pasar senior di Oanda dilansir CNBC Internasional.

Kenaikan siklus kali ini sejatinya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan tetapi komentar The Fed yang mengindikasikan The Fed tetap hawkish membuat investor makin waswas. Tingkat suku bunga terminal atau posisi FFR di mana bank sentral akan mengakhiri rezim pengetatannya diproyeksikan akan mencapai 4,6%.

Selanjutnya Imbal hasil Treasury kembali melonjak. Penjualan masif terjadi baik itu di surat utang tenor jangka pendek maupun jangka panjang. Imbal hasil obligasi melonjak lagi pada hari Kamis, dengan yield pada surat utang Treasury 10 tahun dan 2 tahun mencapai angka tertinggi multi-tahun baru. Yield obligasi 10-tahun AS tembus 3,705%, naik drastis dari 3,511% pada Rabu dan merupakan peningkatan satu hari terbesar sejak Juni.

Hal ini menandakan bahwa kenaikan yield hari Kamis bukan sekadar tanggapan atas rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga, yang mana seharusnya hanya berdampak pada dilepasnya obligasi jangka pendek oleh investor.

Ada spekulasi di Wall Street bahwa penjualan Treasury didorong setidaknya sebagian oleh keputusan Jepang untuk memperkuat yen dengan menjual dolar dan membeli mata uang Jepang. Namun, belum ada bukti nyata tentang efek itu.

Sebelumnya, Gubernur Bank Jepang Haruhiko Kuroda mengisyaratkan bahwa suku bunga Negeri Sakura kemungkinan akan tetap mendekati nol selama beberapa tahun ke depan. Kurang dari satu jam kemudian, pemerintah mengatakan telah melakukan intervensi di pasar valas untuk menjual dolar dan membeli yen. Langkah seperti ini merupakan yang pertama sejak 1998.

(fsd/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular