Newsletter

Berharap Ditutup All Time High, IHSG Butuh 'Obat Kuat'

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
16 September 2022 06:00
[DALAM] Neraca Dagang
Foto: Arie Pratama

IHSG berpotensi bergerak beragam pada perdagangan hari ini dengan menguji support 7.235, sedangkan resisten terdekat berada di 7.318. Wall Street yang melemah pada perdagangan kemarin akan jadi pemberat laju IHSG hari ini.

Kuatnya kekhawatiran para pelaku pasar atas potensi kenaikan suku bunga The Fed menghapuskan sentimen positif dari beberapa rilis ekonomi Negeri Paman Sam.

Klaim pengangguran awal di AS untuk pekan terakhir 10 September berjumlah 213.000, turun 5.000 dari periode sebelumnya. Angka ini pun lebih rendah dari perkiraan ekonom di mana angkanya akan naik ke 226.000.

Kemudian penjualan ritel AS bertumbuh 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus, tumbuh dari bulan sebelumnya yang negatif 0,4%.

Saat ini saham sedang mencari stabilitas setelah laporan inflasi yang lebih panas dari perkiraan mengirim mereka jatuh ke kinerja terburuk sejak 2020. Laporan indeks harga konsumen Agustus menunjukkan inflasi utama naik 0,1% pada basis bulanan, meskipun ada penurunan harga gas.

Inflasi yang sangat tinggi telah membuat investor khawatir bahwa Federal Reserve akan lebih agresif dengan kenaikan suku bunganya, meningkatkan kemungkinan resesi di AS.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 80,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan  sebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 20%.

Kenaikan suku bunga berkorelasi negatif terhadap harga saham karena dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi bahkan resesi pada saat ini.

Saat suku bunga meningkat, bunga kredit pun turut naik sehingga akan membebani ekspansi korporasi dan konsumsi rumah tangga. Akibatnya roda ekonomi tidak berputar sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut kemudian menciptakan pesimisme di pasar.

Investor juga perlu mencermati rilis data produksi industri dan penjualan ritel China, mitra utama dagang Indonesia. Produksi industri China diperkirakan stabil bertumbuh 3,8% pada Agustus. Sementara penjualan ritel diproyeksikan tumbuh 3,5% pada Agustus, lebih cepat dari bulan sebelumnya yakni 2,7%.

Dari dalam negeri, pasar masih akan merespon hasil neraca dagang Indonesia yang surplus selama 28 bulan beruntun sebagai sinyal bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid.

Neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 5,76 miliar pada Agustus 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.

Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% yoy. Capaian ini juga sekaligus mencatatkan surplus sebanyak 28 kali berturut-turut.

Pencapaian ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar. Surplus menurun tipis dibandingkan Juli 2022 yang mencapai US$ 4,23 miliar.

(ras/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular