
Ekspor Loyo, Surplus Perdagangan Agustus Diramal Tergerus

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan kinerja ekspor Indonesia akan melambat karena berkurangnya ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya.
"Dari sisi ekspor, kami lihat harga batubara cenderung stabil sementara CPO sedikit terkoreksi. Ini menyebabkan ekspor diperkirakan melambat pertumbuhannya," ujar Irman.
Kontribusi CPO kepada ekspor dipekirakan turun pada Agustus sejalan dengan berakhirnya program percepatan ekspor atau flush out per 31 Juli 2022. Melandainya ekspor CPO setidaknya terlihat dari penerimaan bea keluar (BK) Agustus tahun ini.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, penerimaan BK dari kelompok CPO dan turunannya hanya Rp 2,7 triliun pada Agustus 2022. Jumlah tersebut anjlok 64,9% dibandingkan Juli.
Harga batu bara pada Agustus rata-rata di kisaran US$ 405,9 per ton, sedikit lebih tinggi dibandingkan pada Juli yang etrcatat US$ 402,2 per ton.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan ancaman resesi dan kenaikan suku bunga dikhawatirkan memperlembat pertumbuhan global sehingga permintaan komoditas melandai.
"Harga komoditas dalam tren yang melandai di tengah kekhawatiran resesi global," tutur Faisal dalam MacroBief.
Berbanding terbalik dengan ekspor, impor diperkirakan akan terus menggeliat ke depan sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia.
Impor Indonesia secara nominal terus mengalami peningkatan dari US$ 18,61 milair pada Mei 2022 menjadi US$ 21 miliar pada Juni dan US$ 21,34 miliar pada Juli.
Dalam dua bulan terakhir, impor sudah bergerak di kisaran US$ 21 miliar setelah berada di bawah US$ 20 miliar di hampir sepanjang 2019-2022.
"Kami memperkirakan impor akan terus merangkak naik sejalan dengan akselerasi pemulihan ekonomi domestik. Pertumuhan ekonomi kuartal II-2022 yang lebih tinggi dari ekspektasi membuktikan ekonomi domestik terus membaik dari sisi prOduksi dan konsumsi," tutur Faisal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/haa)