Newsletter

Resesi Dunia Ibarat Obat, Pahit Tapi Bikin Sehat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 September 2022 05:59
Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell
Foto: Ketua Federal Reserve Board Jerome Powell (REUTERS/Yuri Gripas)

Negara-negara Barat yang mengalami inflasi tinggi kini harus menghadapi risiko resesi. Sebab, bank sentralnya sangat agresif menaikkan suku bunga. Inflasi di zona euro yang menembus 9,1% (yoy) membuat ECB diperkirakan akan mengerek suku bunga sebesar 75 basis poin di bulan ini. Jika dilakukan, maka ECB akan menyusul bank sentral AS (The Fed) yang sudah lebih dulu menaikkan sebesar itu.

Bahkan, sinyal kenaikan yang agresif dikatakan langsung oleh anggota dewan gubernur ECB, Madis Muller. Ia menyebut ECB seharusnya mulai mendiskusikan kenaikan 75 basis poin di bulan September.

Ketika suku bunga tinggi, maka ekspansi dunia usaha akan melambat, begitu juga dengan konsumsi masyarakat. Alhasil, dengan demand yang menurun, maka inflasi pada akhirnya juga turun.

Semakin merosot ekspansi dunia usaha dan konsumsi masyarakat, maka resesi akan terjadi. Ketika resesi terjadi, inflasi akan turun lebih cepat. Jadi resesi yang menyebabkan inflasi menurun lebih baik ketimbang menghadapi inflasi yang tinggi selama bertahun-tahun.

Kebijakan tersebut yang ditempuh bank sentral dunia saat ini, seperti The Fed meski tidak secara gamblang menyebutkan hal tersebut.

Ketua The Fed, Jerome Powell, pada pekan lalu mengatakan perekonomian AS akan merasakan "beberapa rasa sakit", tetapi jika gagal menjinakkan inflasi maka kerusakan perekonomian yang lebih besar akan dirasakan.

"Menurunkan inflasi perlu periode pertumbuhan ekonomi di bawah tren yang berkelanjutan. Dengan suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah akan membawa inflasi turun. Itu adalah harga yang harus kita bayarkan untuk mengurangi inflasi. Tetapi, kegagalan untuk memulihkan stabilitas harga akan menimbulkan penderitaan yang lebih besar," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, Jumat (26/8/2022).

Philip Marey, analis dari Rabobank juga mengatakan resesi merupakan satu-satunya jalan untuk bisa menurunkan inflasi.

"Resesi adalah sesuatu yang buruk tetapi saat ini diperlukan dan satu-satunya cara untuk mencapai apa yang kita inginkan (penurunan inflasi), dimana masyarakat tidak mengeluarkan lebih banyak uang karena harga barang yang semakin mahal," kata Marey, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (22/8/2022).

Artinya, resesi memang berdampak buruk bagi pasar finansial dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang jika inflasi akhirnya turun, maka akan berefek bagus.

Selain itu, resesi juga akan menurunkan harga minyak mentah. Lihat saja bagaimana isu "setan" resesi ini membuat harga minyak mentah ambrol dalam beberapa hari terakhir. Padahal itu baru sebatas isu saja, resesi belum terjadi.

Penurunan harga minyak mentah akan disambut baik. Sebab, salah satu pemicu tingginya inflasi di tahun ini adalah harga energi yang meroket gila-gilaan. Jebloknya harga minyak mentah tentunya bisa menurunkan tekanan inflasi energi.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rilis Data Ekonomi & Agenda Emiten Hari Ini



(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular