Newsletter

Detik-Detik Harga Pertalite Naik!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 August 2022 05:59
Suasana antrean pengisian BBM di SPBU Pertamina, kawasan Fatmawati Raya, Jakarta Selatan, Selasa (30/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana antrean pengisian BBM di SPBU Pertamina, kawasan Fatmawati Raya, Jakarta Selatan, Selasa (30/8/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia perkasa pada perdagangan Selasa, di tengah isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar.

Berdasarkan kabar yang beredar, pengumuman kenaikan harga BBM akan dilakukan hari ini, Rabu (31/8/2022) dan mulai berlaku 1 September besok. Lantas bagaimana respon pasar, mampu kembali menguat?

Jika melihat ke belakang, sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Joko Widodo (Jokowi) BBM subsidi dinaikkan sebanyak 5 kali. Bagaimana kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah saat kenaikan tersebut diulas pada halaman 3 dan 4, dan bisa memberikan gambaran bagaimana respon kali ini.

Kemarin, IHSG sukses mencatat penguatan 0,38% ke 7.159,473, bahkan sebelumnya sempat melesat hingga 1,3%.

Investor asing bahkan kembali memborong saham di Tanah Air. Aksi beli bersih (net buy) investor asing tercatat sebesar Rp 921 miliar di pasar reguler, tunai, dan nego, dengan nilai transaksi tidak mencapai Rp 14,7 triliun.

Sementara itu rupiah sukses menguat 0,37% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.840/US$. Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi, beberapa tenor mengalami penguatan terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang turun, sebagian lagi mengalami pelemahan dan yield-nya naik.

Pemerintah kemarin juga melakukan lelang obligasi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, menunjukkan lelang tersebut kurang menarik minat investor asing.

Total penawaran yang masuk dalam lelang SUN hari ini mencapai Rp 42,25 triliun.

Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada lelang sebelumnya yang tercatat Rp 72,16 triliun.

Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 19 triliun, lebih sedikit dibandingkan yang tercatat pada lelang sebelumnya yakni Rp 21,65 triliun.

Pada lelang hari ini, jumlah penawaran yang datang dari investor asing mencapai Rp 6,35 triliun. Jumlah tersebut tidak mencapai setengah dari yang tercatat pada lelang sebelumnya yakni Rp 16,79 triliun.

Jumlah penawaran asing yang masuk pada hari ini juga menjadi yang terendah dalam tiga lelang terakhir.

Dari penawaran asing yang masuk, pemerintah hanya mengambil Rp 1,77 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam tiga lelang terakhir.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Ambrol 3 Hari Beruntun

Bursa saham AS (Wall Street) kembali ambrol pada perdagangan Selasa waktu setempat. Dengan demikian, kiblat bursa saham dunia ini sudah 3 hari tak pernah menguat. Penyebabnya masih sama, bank sentral AS (The Fed) yang masih akan agresif menaikkan suku bunga, menahanannya di level tinggi dalam waktu yang lama, sehingga risiko resesi meningkat, laba korporasi berisiko tergerus.

Tidak hanya The Fed, bank sentral lainnya yang juga bermasalah dengan inflasi tinggi juga bisa melakukan hal yang sama, resesi dunia pun di depan mata.

Indeks Dow Jones merosot 0,96% ke 31.790,87, sementara S&P 500 dan Nasdaq jeblok masing-masing 1,1% ke 3.986,16 dan 11.883,14.

Di awal perdagangan, Wall Street sebenarnya sempat menghijau menyusul anjloknya harga minyak mentah.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) dan Brent merosot lebih dari 4%.

Penurunan harga minyak mentah bisa menurunkan tekanan harga energi. Seperti diketahui tingginya harga energi memicu masalah lonjakan inflasi, yang berdampak sangat buruk bagi perekonomian. Resesi mengancam dunia akibat tingginya harga energi.

Isu resesi kini "menyerang balik" minyak mentah. Ketika resesi terjadi artinya perekonomian mengalami kemerosotan, dan permintaan minyak mentah juga akan menurun.

Resesi bisa terjadi akibat bank sentral di berbagai negara yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Sebelumnya dalam simposium Jackson Hole, ketua The Fed Jerome Powell menegaskan suku bunga masih akan terus dinaikkan, dan mengesampingkan kemungkinan pemangkasan pada tahun depan.

Artinya suku bunga tinggi masih akan ditahan dalam waktu yang lama.

Yang terbaru, presiden The Fed wilayah New York, John William, juga menegaskan perlunya kebijakan moneter yang ketat guna memperlambat demand, sehingga inflasi bisa diredam.

"Kita perlu kebijakan yang ketat untuk memperlambat demand, dan kita belum sampai di sana," kata Williams, sebagaimana dilansir CNBC International.

bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) juga menunjukkan tanda-tada akan agresif. Anggita dewan gubernur ECB, Madis Muller mengatakan ECB seharusnya mulai mendiskusikan kenaikan 75 basis poin di bulan September.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini dan Kinerja IHSG Saat Kenaikan BBM

Wall Street yang kembali jeblok tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar Asia hari ini. Selain itu, China yang akan merilis data aktivitas sektor manufaktur tentunya bisa mempengaruhi pergerakan IHSG, rupiah hingga SBN.

Namun, isu kenaikan harga Pertalite dan Solar akan menjadi perhatian utama pada hari ini. Pemerintah memastikan harga bensin subsidi jenis Pertalite dan Solar akan mengalami kenaikan.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjawab pertanyaan di forum RSIS Distinguished Public Lecture: Indonesia, Singapore, ASEAN and The New Lansdscape, seperti dikutip Selasa (30/8/2022).

"Jadi kami sekarang berencana untuk menyesuaikan harga [BBM]," kata Airlangga dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan.

"Dan kami telah mengeluarkan, juga untuk mendukung kemampuan dan warga yang membutuhkan, jaminan sosial. Jadi kita merilis program untuk jaminan sosial dan ketika sebanyak 40% warga yang membutuhkan dukungan telah didukung, kami akan menyesuaikan harga dari minyak," jelasnya.

Informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia, kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini akan diumumkan pada 31 Agustus ini, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku pada 1 September 2022 ini.

"Pada hari Senin (29/8/2022) akan ada rapat lanjutan mengenai tindak lanjut rapat-rapat sebelumnya," ungkap sumber tersebut kepada CNBCIndonesia, Sabtu (27/8/2022).

Sementara itu, dari sumber tersebut juga, kemungkinan kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU Pertamina masih akan berada di bawah Rp 10.000 per liter dengan range kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.500 dari harga yang saat ini Rp 7.650 per liter.

"Kemungkinan di bawah Rp 10.000/liter," kata sumber tersebut.

Jika melihat ke belakang, sejak era Presiden SBY hingga Jokowi, BBM subsidi dinaikkan sebanyak 5 kali.

SBY menaikkan sebanyak 4 kali, sementara Jokowi sekali di 2014 saat pertama kali menjabat sebagai RI 1.

Pada 2005 lalu, SBY menaikkan BBM subsidi sebanyak dua kali, pada Maret sebesar 29% dan pada Oktober sebesar 114%.

Kemudian pada Mei 2008, pemerintah kembali menaikkan BBM sebesar 28% pada Mei 2008. Sebelum selesai menjabat dua periode, SBY juga menaikkan BBM sebesar 30% pada Juni 2013.

Jokowi yang mulai menjabat menjadi presiden sejak Oktober 2014 langsung menggebrak dengan menaikkan BBM sebesar 34%. Yang menarik, IHSG saat itu terus menanjak.

Memang saat itu ada istilah Jokowi Effect. Kemenangan Jokowi pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 disambut euforia di pasar finansial Indonesia.

Saat kenaikan BBM era SBY, IHSG cenderung berfluktuasi. Pada 2013, IHSG malah jeblok dari 5.200, hingga sempat menyentuh kisaran 4.000.

Tetapi patut diingat, ada faktor lain yang membuat IHSG jeblok, salah satunya isu tapering bank sentral AS (The Fed) yang baru pertama kali mencuat.

Kemudian di 2008, lagi-lagi IHSG jeblok dan lagi-lagi ada faktor lain yang mempengaruhi, yakni krisis finansial global.

Nah, di 2005 pergerakannya sedikit berbeda. SBY menaikkan BBM sebanyak dua kali, pada Maret IHSG mampu melesat setelahnya. Sementara pada Oktober justru merosot.

Jika dilihat kinerja sepanjang tahun, saat kenaikan BBM di 2005, IHSG tercatat menguat lebih dari 16%. Di 2008 ambrol lebih dari 50%, sekali lagi ada faktor krisis finansial global, dan di 2013 turun 1%, juga ada faktor isu tapering.

Pada 2014, IHSG sukses menguat lebih dari 22%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pergerakan Rupiah Saat Kenaikan BBM

Berbeda dengan IHSG, rupiah cenderung terpuruk saat harga BBM dinaikkan. Maklum saja, inflasi jadi ikut terkerek, nilai mata uang pun tergerus.

Jika harga Pertalite hari ini dinaikkan menjadi Rp 10.000/liter atau sedikit di bawahnya, artinya kenaikannya dari harga saat ini sebesar 30%. Berkaca dari 2013 dan 2014, saat pemerintah menaikkan harga BBM Premium sekitar 30%, nilai tukar rupiah merosot, sebab inflasi melesat ke atas 8%.

Di akhir Oktober 2014, sebelum kenaikan BBM Premium, rupiah berada di kisaran Rp 12.080/US$ kemudian terus melemah hingga menyentuh Rp 12.930/US$ pada pertengahan Desember. Pelemahannya tercatat lebih dari 7% dalam satu setengah bulan.

Hal yang sama juga terjadi setahun sebelumnya. Pemerintah menaikkan harga BBM di bulan Juni 2013 yang memicu kenaikan inflasi hingga 8,38% year-on-year (yoy). Rupiah pun terus mengalami pelemahan hingga menembus ke atas Rp 10.000/US$. Pelemahan rupiah diperparah dengan isu tapering The Fed.

Pada 2008, BBM dinaikkan Mei, tidak lama berselang rupiah melemah sekitar 1,7%. Sementara di 2005 saat dua kali kenaikan, rupiah merespon berbeda. Kenaikan pertam direspon dengan merosot 5,9%, sementara yang kedua malah menguat 6,5%.

Jika dilihat sepanjang tahun, setiap terjadi kenaikan BBM rupiah selalu tercatat melemah. Pada 2005 pelemahannya sekitar 6%, dan 2008 sebesar 15,5%.

2013 lebih parah lagi, rupiah jeblok lebih dari 26%, sekali lagi karena ada isu tapering The Fed. Terakhir 2014, pelemahan rupiah tipis 1,8%.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rilis Data Ekonomi & Agenda Emiten Hari Ini

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Public Expose PT DCI Indonesia Tbk (DCII)
  • Public Expose PT Indo Acidatama Tbk (SRSN)
  • RUPS PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
  • RUPS PT Sumber Global Energy Tbk (SGER)
  • RUPS PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL)
  • RUPS PT Pakuan Tbk (UANG)
  • Data penjualan ritel dan produksi industri Jepang (6:50 WIB)
  • Data PMI manufaktur China (8:30 WIB)
  • Data PMI non-manufaktur China (8:30 WIB)
  • Data pertumbuhan ekonomi Turki (14:00 WIB)
  • Data tingkat pengangguran Jerman (14:55 WIB)
  • Data inflasi zona euro (16:00 WIB)
  • Data pertumbuhan ekonomi India (19:00 WIB)
  • Data tenaga kerja AS versi ADP (19:15 WIB)
  • Data pertumbuhan ekonomi Kanada (19:30 WIB)
  • Data stok minyak mentah AS (21:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q2-2021 YoY)

5,44%

Inflasi (Juli 2022 YoY)

4,94%

BI-7 Day Reverse Repo Rate (Agustus 2022)

3,75%

Surplus Anggaran (APBN 2022 per Juli)

0,57% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2022 YoY)

1,1% PDB

Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2022 YoY)

US$ 2,4 miliar

Cadangan Devisa (Juli 2022)

US$ 132,2 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Maaf, Belum Ada Kabar Baik! Investor Mesti Waspada Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular