Newsletter

Apa Kabar IHSG Hari Ini? Pantau The Fed & MH Thamrin

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
23 August 2022 06:15
Dow Jones
Foto: Dow Jones (REUTERS/Brendan McDermid)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali terkoreksi pada perdagangan Senin kemarin, menghentikan reli pekan lalu karena kekhawatiran pada kenaikan suku bunga yang agresif dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,91% ke posisi 33.063,61, S&P 500 ambruk 2,14% ke 4.137,99, dan Nasdaq Composite anjlok 2,55% menjadi 12.381,57.

Investor hingga saat ini masih mengantisipasi komentar terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell tentang kondisi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dalam simposium ekonomi tahunan bank sentral AS yang akan di helat di Jackson Hole, Wyoming mulai dari Kamis hingga Jumat pekan ini.

Hal ini dapat terlihat dari indeks CBOE Volatility atau indeks VIX, yang naik menjadi 23,9, tertinggi dalam lebih dari dua minggu terakhir, menandakan bahwa pelaku pasar semakin khawatir. Index VIX dapat digunakan sebagai pengukur psikologis pasar di Wall Street.

"Ketika Anda melihat pasar saat ini turun seperti ini, hal ini merupakan pasar yang mengatakan The Fed harus lebih agresif untuk memperlambat ekonomi lebih lanjut, jika mereka ingin menurunkan inflasi kembali," kata Robert Cantwell, manajer portofolio di Upholdings, dikutip dari CNBC International.

Saham teknologi di AS terkoreksi karena terbebani oleh potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi oleh The Fed, seperti saham Amazon yang tergelincir 3,6% sedangkan saham Nvidia ambrol 4,6%.

Di lain sisi, saham Netflix ambruk 6,1% setelah beberapa analis merubah rekomendasinya dari sebelumnya dijual menjadi hold.

Menurut analis dari Wells Fargo, Michael Schumacher, pasar memprediksi Powell akan berbicara lebih keras tentang kenaikan suku bunga acuan, setelah komentar hawkish baru-baru ini dari para pejabat The Fed lainnya.

"Kami tidak yakin dia akan mencabut cakarnya dan akan terdengar lebih hawkish. Kami berpikir bahwa ketakutan pelaku pasar adalah dia akan menjadi makin hawkish," kata Schumacher, sebagaimana dilansir dari CNBC International.

Pekan lalu, Presiden The Fed St. Louis, James Bullard mengatakan bahwa dia ingin melihat kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase ketiga berturut-turut pada September mendatang.

Tak hanya Bullard saja, Presiden the Fed San Francisco, Mary Daly juga bersikap sama, di mana Daly juga mengharapkan kenaikan 75 basis poin (bp) sangat terbuka pada September.

Bullard berharap suku bunga acuan bisa di bawa ke kisaran 3,75-4,00% pada akhir tahun ini. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bp sepanjang tahun ini sehingga kini ada di kisaran 2,25%-2,50%.

"Inflasi masih sangat tinggi. Memang sedikit melandai tapi saya belum senang dengan itu. Saya tidak menghitung (penurunan inflasi Juli). Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," tutur Daly, kepada CNN International.

Pelaku pasar dalam polling Reuters memperkirakan The Fed akan kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 50 bp pada pertemuan edisi September.

Hal ini menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali menanjak pada perdagangan kemarin.

Yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan (benchmark) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam menanjak ke posisi 3,024% pada perdagangan Senin kemarin, di mana yield Treasury tenor 10 tahun menyentuh kisaran 3% untuk pertama kalinya sejak 21 Juli lalu.

(chd/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular