Newsletter

Deg-degan! Harga BBM & MH Thamrin Pengaruhi IHSG Hari Ini

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
22 August 2022 06:15
Seorang pria berjalan melewati bank sentral China, atau People's Bank of China, di Beijing, Minggu, 10 Maret 2019.  (AP/Andy Wong)
Foto: Seorang pria berjalan melewati bank sentral China, atau People's Bank of China, di Beijing, Minggu, 10 Maret 2019. (AP/Andy Wong)

Pada hari ini, memang sentimen dari data ekonomi cenderung sepi. Yakni dari China saja, di mana bank sentral (People Bank of China/PBoC) akan menentukan kebijakan suku bunga acuan terbarunya.

Konsensus pasar dari Trading Economics memperkirakan PBoC akan kembali memangkas suku bunga acuan pinjamannya pada hari ini. Untuk suku bunga acuan (Loan Prime Rate/LPR) tenor 1 tahun diprediksi akan kembali dipangkas menjadi 3,6%, dari sebelumnya 3,7%.

Sedangkan untuk LPR China tenor 5 tahun juga diprediksi akan dipangkas menjadi 4,35%, dari sebelumnya 4,45%.

Sebelumnya pada Selasa pekan lalu, PBoC secara tak terduga memangkas suku bunga utama untuk kedua kalinya tahun ini. Pemangkasan ini dikhawatirkan sebagai sinyal jika perlambatan ekonomi China masih akan terjadi ke depan.

Jika suku bunga PBoC kembali dipangkas, maka China merupakan negara yang masih bersikap dovish, di tengah banyak negara yang bank sentralnya sudah hawkish, demi menjinakan inflasi yang masih tinggi.

Sementara pada pekan ini, ada beberapa sentimen yang patut dicermati oleh pelaku pasar. Pertama yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan pada Selasa pekan ini.

Konsensus masih memperkirakan BI menahan suku bunga acuan di 3,5% untuk bulan Agustus ini.

Namun bulan lalu, pandangan para ekonom terbelah. Mulai ada beberapa ekonom yang berekspektasi bahwa BI perlu menaikkan suku bunga acuan di tengah kenaikan inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Kedua, masih dari dalam negeri, yakni sentimen terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan mengumumkan terkait dengan harga BBM, khususnya jenis Pertalite pekan depan.

Kenaikan ini, kata Luhut, terjadi akibat beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia sudah terlalu besar untuk menanggung biaya subsidi BBM khusus penugasan seperti Pertalite dan juga Solar Subsidi.

Sebagaimana diketahui, pada APBN 2022 ini, subsidi untuk energi senilai Rp 502,4 triliun. Subsidi itu digunakan untuk BBM, LPG dan juga listrik.

Ketiga, yakni dari global, pembacaan awal (flash reading) daridata aktivitas manufaktur periode Agustus 2022 juga perlu dicermati oleh pasar. Beberapa negara yang akan merilis data flash reading aktivitas manufaktur yakni Australia, Jepang, Uni Eropa, Inggris, dan AS, yang akan dirilis pada Selasa pekan ini.

Keempat, yakni rilis data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal II-2022.

Sebelumnya pada akhir Juli lalu, data perkiraan pertama dari PDB AS kuartal II-2022 telah dirilis, di mana ekonomi Negeri Paman Sam kembali lesu. Alhasil, Negeri Paman Sam resmi mengalami resesi secara teknikal. Tetapi, banyak pengamat tidak setuju bahwa AS sudah mengalami resesi.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular