Newsletter

Ada Tekanan dari Segala Sisi, IHSG Kudu Waspada!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
08 August 2022 06:00
Infografis, Saat China Tegang karena Wanita AS soal Taiwan
Foto: Infografis/ Saat China Tegang karena Wanita AS soal Taiwan/ Edward Ricardo

Di awal perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen, salah satunya yaitu reli bursa saham AS pada pekan lalu. Meksipun, setelah rilis data tenaga kerja AS yang melampaui ekspektasi pasar, mengirim indeks S&P 600 dan Nasdaq berakhir di zona merah pada Jumat (5/8), tapi pelemahannya cenderung tipis.

Di sepanjang pekan lalu, ketiga indeks masih berhasil membukukan penguatannya. Bahkan, bursa saham AS telah mengalami penguatan selama tiga pekan beruntun.

Menurut data IBES Refinitiv, sebanyak 77,5% emiten dari indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi pasar, sehingga memicu reli di bursa saham AS baru-baru ini.

Namun, Manajer Portfolio Brandywine Global Celia Rodgers Hoopers menilai reli tersebut merupakan short cover dan tidak bertahan lama karena banyak perusahaan teknologi papan atas yang tidak berhasil membukukan neraca keuangan yang solid.

Di sepanjang tahun ini, tiga reli pada indeks acuan AS dengan besaran yang sebanding kian melemah, di mana indeks menempati posisi terendah baru setiap kali.

S&P 500Sumber: Refinitiv

Kenaikan lebih lanjut tampaknya bergantung pada kepercayaan investor terhadap The Fed mengenai perjuangannya melawan inflasi yang akan terlihat pada rilis data inflasi AS per Juli 2022 yang akan dirilis pada Rabu (10/8) waktu Indonesia.

Konsensus analis Trading Economics memprediksikan angka inflasi AS Juli 2022 akan menurun ke 8,7% dari bulan sebelumnya di 9,1%.

Reli pada bursa saham AS memang merupakan angin segar bagi investor global dan diharapkan dapat menular terhadap bursa Asia, yang tidak terkecuali Indonesia.

Namun, investor masih harus tetap berhati-hati karena perusahaan manajer aset terbesar di dunia, Blackrock memprediksikan bahwa akan lebih banyak volatilitas ke depannya.

Selain itu, ketengangan antara China dan Taiwan tampaknya kian memanas. Pada Minggu (7/8), kapal perang China dan Taiwan saling berhadapan di laut lepas, menjelang berakhirnya latihan militer China di Selat Taiwan.

Sekitar 10 kapal perang masing-masing dari China dan Taiwan berlayar dalam jarak dekat di Selat Taiwan. Reuters melaporkan, beberapa kapal China melintasi median alias garis tengah di selat itu, yang selama ini menjadi penyangga tidak resmi yang memisahkan kedua negara.

Investor juga patut mencermati perkembangan hubungan antara kedua negara tersebut, karena China dan Taiwan merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan negara terbesar tujuan ekspor non-migas senilai US$5,09 miliar. China juga merupakan pemasok barang impor non-migas terbesar selama periode Januari-Juni 2022 senilai US$32,08 miliar atau setara 33,17% dari total impor.

Sementara, ekspor Indonesia ke Taiwan sepanjang tahun lalu mencapai sekitar US$6,9 miliar yang di dominasi oleh ekspor besi dan baja sekitar US$2,7 miliar, dan Bahan Bakar Mineral/Mineral Minyak (HS 27) mencapai US$1,8 miliar. Sementara itu, impor Indonesia dari Taiwan mencapai US$4,35 miliar dan didominasi oleh impor Mesin dan Perlengkapan Elektrik yang mencapai US$1,5 miliar.

Taiwan adalah penghasil produk-produk teknologi yang perannya vital bagi dunia, termasuk Indonesia. Taiwan punya kemampuan memproduksi chip, mikroprosesor, dan produk teknologi-informasi, tidak kalah maju dibanding Korea Selatan dan Jepang.

Salah satu yang bisa menjadi langka adalah chip semikonduktor. Taiwan adalah produsen besar dalam produksinya hingga US$ 118 miliar (atau setara Rp 1.742 triliun) pada 2021.

Chip semikonduktor sendiri adalah bahan utama dalam pembuatan sejumlah barang elektronik mulai dari ponsel hingga kendaraan listrik. Taiwan sendiri tengah berupaya mengurangi ekspornya hingga 40% ke China.

Selain itu, banyak pula orang Indonesia yang bekerja di Taiwan. Menurut Ahli Hubungan International Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah bahwa ada sebanyak 300 ribu warga negara Indonesia (WNI) di Taiwan.

Bagaimana dengan sentimen dalam negeri? Simak dihalaman berikutnya

(aaf/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular