Newsletter

AS Beneran Resesi? Bursa Saham RI Apa Kabar Nih Bestie?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Jumat, 29/07/2022 05:59 WIB
Foto: cover topik/Pelantikan Presiden Joe Biden_Luar

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi negara adidaya Amerika Serikat (AS) kembali mengalami kontraksi 0,9% secara tahunan (yoy) pada kuartal II 2022, setelah sebelumnya juga menyusut di pada tiga bulan pertama tahun ini.

Laporan yang diumumkan tadi malam tersebut menunjukkan bahwa ekonomi memenuhi definisi resesi yang umum digunakan-dua kuartal berturut-turut dengan penurunan output ekonomi.

Pada perdagangan kemarin (28/7), merespons pengumuman kenaikan suku bunga The Fed siklus keempat sebesar 75 bps, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tajam 0,85% di 6.956,82.

Penguatan ini terjadi karena kenaikan suku bunga telah diantisipasi dan sesuai dengan ekspektasi mayoritas pelaku pasar. Ditambah lagi katalis positif juga datang dari Wall Street yang sebelumnya kompak ditutup melesat.

Nilai transaksi bursa tercatat ramai dan meningkat 50% dari perdagangan hari sebelumnya atau mencapai Rp 18,55 triliun. Perdagangan kemarin melibatkan 32 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,56 juta kali.

Investor asing tercatat keluar dari pasar modal RI dengan net sell di seluruh pasar sebesar Rp 24,30 miliar. Sementara di pasar reguler penarikan dana asing tercatat lebih parah, dengan aksi jual bersih Rp 137,44 miliar. Dalam sebulan terakhir di pasar reguler asing telah membawa kabur dana senilai total Rp 5,29 triliun.

Saham Aneka Tambang (ANTM) merupakan yang paling besar nilai transaksinya kemarin, yakni mencapai Rp 661 miliar. Lalu ada saham Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan nilai transaksi masing-masing Rp 641 miliar dan Rp 596 miliar.

Tiga saham yang paling diburu asing kemarin adalah BBCA, Bank Mandiri (BMRI) dan BBRI. Sementara tiga saham yang paling banyak dilego adalah Bank Negara Indonesia (BBNI), Bukalapak.com (BUKA) dan Merdeka Copper Gold (MDKA).

Sementara itu, pasar keuangan lain juga mengalami penguatan serupa. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Rupiah mampu melaju karena dolar AS sedang lesu, meski bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan.

Kemarin rupiah ditutup menguat 0,53% menjadi Rp 14.930/US$. Apresiasi 0,53% membawa rupiah jadi yang terbaik kedua di Asia di hadapan greenback, hanya kalah dari yen Jepang.

Indeks dolar AS yang mengukur performa sang greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, juga kembali terkoreksi 0,15% ke 106,279. Pergerakan indeks dolar AS perlahan mulai menjauhi rekor tertingginya yang dicapai pada pertengahan Juli di 109,29.


(fsd/fsd)
Next Page
Wall Street
Pages