Newsletter

Tunggu Keputusan Suku Bunga The Fed, IHSG Lanjut Reli?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
25 July 2022 06:29
Financial Markets Wall Street
Foto: AP/Courtney Crow

Pasar ekuitas global ditutup semringah pekan lalu, setelah sempat bergerak volatil beberapa pekan sebelumnya. Dari benua Biru, indeks saham acuan Inggris FTSE menguat 1,34%, DAX Jerman naik 3,02%, dan CAC Prancis terapresiasi 3%.

Penguatan ini terjadi meskipun Bank Sentral Eropa (ECB) akhirnya memutuskan  untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga 50 basis poin (bps). Langkah ini merupakan yang pertama kalinya sejak 11 tahun yang dipicu oleh inflasi yang kian meroket. Meski menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan pada pertumbuhan ekonomi, investor sudah lebih dulu mengantisipasi kenaikan ini.

Sementara itu dari pasar saham terbesar dunia yakni bursa saham Amerika Serikat (AS), Dow Jones Industrial Average berhasil menguat 2%, S&P 500 melejit 2,55%, dan Nasdaq 100 naik tajam 3,45%.

Penguatan pada bursa saham AS pekan lalu sebagian ditopang oleh musim rilis kinerja keuangan yang cukup memuaskan. Meski demikian, investor global masih menantikan keputusan kebijakan moneter oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan dirilis pekan ini pada 26-27 Juli 2022 waktu setempat.

Pasar memprediksikan bahwa The Fed akan kembali agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya hingga 75-100 basis poin (bps) untuk meredam angka inflasi yang kembali melonjak. Inflasi per Juni 2022 melesat ke 9,1% dan menjadi angka inflasi terbesar sejak 4 dekade lalu.

Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, peluang untuk terkoreksinya bursa saham AS terbuka lebar. Ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai, kian menambah tekanan terhadap aset berisiko.

Pelemahan pada bursa saham AS tentunya dapat mengerek turun kinerja bursa saham di kawasan lainnya seperti di Asia dan Eropa.

Saat ini, suku bunga AS berada di 1,5-1,75%, jika The Fed kembali menaikkan suku bunga di bulan ini sebesar 75 bps maka suku bunga AS akan berada di kisaran 2,25-2,5%. Padahal, suku bunga acuan Indonesia berada di 3,5%. Hal tersebut kian membuat pasar keuangan Indonesia menjadi kurang menarik di mata investor, terutama Surbat Berharga Negara (SBN) karena spread yang kian menyempit serta rupiah yang berpotensi untuk terkoreksi semakin dalam.

Menyadari ancaman tersebut, BI sejatinya tidak tinggal diam dan mengatakan rencananya untuk menjaga kinerja rupiah dengan melakukan intervensi di pasar SBN.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular