
Setelah Kinerja Terpuruk Pekan Lalu, Akankah IHSG Bangkit?

Sejak mencapai posisi tertinginya di 7.276 pada 21 April 2022, IHSG belum mampu menorehkan posisi tertinggi lagi atau higher high. IHSG cenderung menciptakan puncak yang lebih rendah (higher low) yang menjadi sinyal tren pelemahan lebih lanjut.
IHSG diperkirakan akan bergerak di rentang 6.640 - 7.240 yang merupakan titik support dan resistennya. Jika IHSG mampu tembus dari supportnya, maka posisi berikutnya adalah 6.500.
Berikut sentimen yang diperkirakan mampu mempengaruhi gerak IHSG dalam sepekan:
Pada Selasa (19/7/2022) Uni Eropa akan mengumumkan inflasi finalnya untuk Juni. Menurut jajak pendapat analis Reuters, inflasi zona Eropa akan mencapai 8,6% secara tahunan (year-on-year). Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah.
Tingginya inflasi di zona Eropa didorong oleh harga energi yang melambung. Penyebabnya adalah aliran energi dari Rusia distop sebagai sanksi terhadap Rusia yang menyerang Ukraina. Masalahnya Rusia adalah pemasok energi terbesar di Uni Eropa, sehingga pasokan pun semakin langka.
![]() Inflasi Uni Eropa |
source: tradingeconomics.com
Hal ini kemudian membuat Bank Uni Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunganya dari semula 0% menjadi 0,25% pada pertemuan 21 Juli nanti yang menandakan sudah meengakhiri era suku bunga rendah.
Kemudian investor juga patut mencermati rilis data klaim pengangguran AS pada pekan yang berakhir 16 Juli diperkirakan sebesar 240.000. Jumlah tersebut lebih rendah dari pekan sebelumnya sebesar 244.000.
Hal tersebut akan jadi pijakan The Fed untuk memuluskan langkah dalam menaikkan suku bunga dengan agresif karena tingkat pengangguran yang masih terjaga rendah.
Dinamika ekspektasi investor terhadap kebijakan kenaikan suku bunga The Fed masih akan membayangi pasar saham Indonesia minggu ini.
Sementara dari dalam negeri, mata investor terpusat pada Bank Indonesia yang akan mengumumkan tingkat suku bunganya pada 21 Juli.
Menurut konsesnsus analis Reuters, geng Jalan Thamrin masih akan mempertahankan kenaikan suku bunga meskipun inflasi telah mencapai 4% lebih pada Juni. Bahkan rupiah yang sudah berhasil menyentuh Rp 15.000/US$ tampaknya masih membuat Bank Indonesia masih memeprtahankan suku bunganya.
Kenaikan suku bunga acuan dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar. Sebab kenaikan suku bunga acuan dapat menghambat laju ekspansi perusahaan karena suku bunga kredit pun juga ikut naik sehingga beban utang makin tinggi.
(ras/ras)