Polling CNBC Indonesia

Makasih, Bos Sawit! Ekspor Naik, Neraca Dagang Melejit

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 July 2022 09:34
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan melesat pada Juni tahun ini setelah pemerintah membuka kembali ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni akan mencapai US$ 3,42 miliar. Surplus tersebut melonjak dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni US$ 2,89 miliar.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 33,8% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 22%.

Sebagai catatan, pada Mei lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 21,51 miliar atau naik 27% (yoy) tetapi anjlok 21,29% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor mencapai US$ 18,61 miliar, naik 30,74% (yoy) tetapi melemah 5,81% dibandingkan bulan sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Juni 2022 pada Jumat (15/7/2022).


Surplus neraca perdagangan yang melebar pada Juni sudah tercermin dalam cadangan devisa. Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2022 sebesar US$ 136,4 miliar, lebih besar dibandingkan yang tercatat pada Mei (US$ 135,6 miliar).

"Peningkatan neraca perdagangan ini didorong oleh peningkatan ekspor. Peningkatan ekspor yang lebih tinggi didorong oleh peningkatan volume ekspor CPO setelah pada bulan Mei terjadi pelarangan ekspor CPO," tutur ekonom Bank Permata Josua Pardede, kepada CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, pemerintah sempat melarang ekspor CPO dan produk turunannya selama periode 28 April-22 Mei 2022. Ekspor kembali dibuka pada 23 Mei 2022.
Pada pertengahan Juni, pemerintah bahkan mengeluarkan program flush out atau percepatan penyaluran ekspor untuk komoditas CPO dan turunannya. Kebijakan tersebut berlaku dari 14 Juni 2022 hingga 31 Juli 2022.

Program flush out berlaku untuk Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBD) Palm Oil, Refined, Bleached and Deodorized Palm Olein (RBD Palm Olein), dan Used Cooking Oil (UCO).

CPO dan produk turunannya berkontribusi sekitar 15% dari total ekspor Indonesia. Kembali dibukanya ekspor CPO tentu berdampak besar kepada kinerja ekspor.
Besarnya peran CPO pada ekspor Juni tercermin dari penerimaan bea keluar (BK) dari komoditas tersebut.

Pada Juni 2022, penerimaan BK dari kelompok CPO dan produk turunannya pada Juni 2022 menembus Rp 6,7 triliun. Jumlah tersebut melesat 805,9% dibandingkan Mei 2022.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan melonjaknya ekspor CPO lebih dipengaruhi oleh volume. Pasalnya, harga CPO melandai pada Juni. Melansir data Refinitiv, rata-rata harga CPO pada Juni 2022 di kisaran MYR 5.533 sementara pada Mei di kisaran MYR 6.335 per ton.

"Harga CPO terus turun pada Juni," tutur Faisal, dalam OCE Macro Preview.




Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution menjelaskan impor Indonesia akan tumbuh pesat seiring dengan pemulihan ekonomi dalam negeri. "Ekspor dan impor pada bulan Juni kembali ke level normal setelah turun cukup dalam pada bulan Mei sehubungan dengan adanya Hari Besar Keagamaan Nasional dan liburan yang cukup panjang pada bulan Mei tersebut," ujar Damhuri kepada CNBC Indonesia.

Kasus Covid-19 di Indonesia memang meningkat tajam pada Juni akibat subvarian BA.4, BA.5. Namun, sejauh ini pemerintah belum mengetatkan kebijakan secara drastis. Pemerintah hanya mewajibkan tes Covid-19 untuk mereka yang bepergian dan belum mendapatkan booster.

Kebijakan yang terkait belanja serta mobilitas di lingkungan kerja belum diubah. Kondisi ini membantu menjaga permintaan domestik.

"Impor indikatornya meningkat seperti retail sales Juni yang tumbuh cukup tinggi dan PMI yang masih ekspansif," tutur ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.

Penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR)  diperkirakan  ada di angka 229,1 pada Juni, melonjak sebesar 15,4% (yoy).

S&P Global mencatat Purchasing manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia memang melandai menjadi 50,2 pada Juni, turun dari 50,8 bulan sebelumnya. Namun, level PMI Indonesia masih ada dalam tahap ekspansif, karena di atas 50.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular