Bos Sawit, Ada Kabar Gak Enak Nih! Stok Banjir, Harga Tiarap

News - Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
13 July 2022 12:25
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara) Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dunia diprediksi akan terus melemah ke bawah MYR4.000 per ton di akhir tahun 2022. Hal ini jadi semakin menipiskan harapan petani sawit untuk bisa menikmati harga yang lebih baik dari sekarang.

"Harga sudah dalam bearish trend. Ada kemungkinan harga CPO di akhir tahun di bawah MYR4.000 per ton," kata Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/7/2022).

Dia menambahkan, meski pemerintah saat ini sedang mendorong konsumsi di pasar domestik, tidak akan berdampak mendongkrak harga CPO. Namun, hanya membantu menghabiskan stok.

"Saat ini, kondisi komoditas di pasar global sudah semakin buruk, momentum untuk menggenjot ekspor sudah lewat. Hal ini bisa dipantau dari turunnya harga komoditas global," ujarnya.

Apalagi, imbuh dia, dengan diberlakukannya lockdown baru di China, peluang negara tersebut menaikkan impor CPO diragukan. Sehingga, katanya, potensi harga kembali naik ke atas MYR6.000 per ton hampir tidak mungkin.

"Kecuali, China menyerang Taiwan. Itu skenario mimpi buruk," ujar Lionel.

Karena itu, imbuhnya, kondisi ini akan menipiskan harapan bagi petani.

"Sayangnya, tipis harapan mereka (petani)," kata Lionel.

Untuk itu, dia menambahkan, pemerintah harus memacu ekspor. Sebab, mendongkrak konsumsi domestik dengan B35 di akhir bulan ini hanya dapat mengurangi tekanan penurunan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani akibat kelebihan stok untuk sementara.

"Namun, untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh, kami berpendapat pemerintah perlu melonggarkan pembatasan ekspor CPO, meski kebijakan ini dapat mendorong harga CPO turun lebih jauh," katanya.

Pandangan berbeda disampaikan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Institute (PASPI) Tungkot Sipayung.

"Jika B35 direalisasikan, harga TBS pasti naik," kata Tungkot kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/7/2022).

Dia menjelaskan, mekanisme percepatan ekspor dengan flush out akan membuat harga CPO anjlok dan semakin menekan TBS petani.

"Flush out ke pasar domestik dengan pecepatan B35 atau B40 menjadi pilihan tepat agar surplus stok secara bertahap terkonversi menjadi biodiesel domestik. Sehingga, harga CPO dunia tidak anjlok dan secara perlahan ekspor bisa dilakukan tanpa terjadi penurunan harga yang drastis," kata Tungkot.

Sementara itu, Departemen Pertanian AS (USDA) memproyeksikan, permintaan minyak sawit China pada periode tahun 2021/2022 akan turun ke 5 juta ton, dimana impor selama 8 bulan tercatat turun 43% jadi 2,6 juta ton. Pelemahan permintaan serta harga impor yang melonjak 57% dituding jadi penyebab penurunan.

Permintaan China diprediksi membaik pada paruh kedua tahun 2022, menyusul anjloknya harga sebagai efek kebijakan Indonesia. Impor China pada periode tahun 2022/2023 diprediksi membaik jadi 6,9 juta ton, ditopang perbaikan permintaan sektor pangan.

Sementara, Lembaga Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board/ MPOB) merilis, stok minyak sawit Malaysia pada bulan Juni 2022 naik 8,76% atau 133.247 ton jadi 1,655 juta ton dibandingkan Mei 2022 yang sebanyak 1,521 juta ton.

Sebanyak 881.299 ton diantaranya adalah stok CPO, naik dari Mei sebanyak 829.915 juta ton.

"Selain produksi juga sudah recovery, Malaysia tampaknya menahan diri atas anjloknya harga CPO dunia, juga wait and see kebijakan flush out Indonesia. China dan negara importir lain memang memanfaatkan penurunan harga CPO dunia, untuk isi stok minyak sawit mereka yang menurun tajam sejak tahun 2020," kata Tungkot.

"Kecuali stok minyak sawit di AS, sampai saat ini stok minyak sawit di negara importir minyak sawit masih 40% di bawah volume normalnya. Nah dengan penurunan harga CPO dunia, saat yang tepat untuk isi stok. Apalagi mereka tahu, sebagaimana proyeksi World Bank maupun Oil World, trend jangka menengah sampai tahun 2024 harga minyak sawit dunia masih cenderung makin mahal," pungkas Tungkot.

Sebelumnya, Tungkot memproyeksikan, saat ini ada penumpukan stok CPO sekitar 8 juta ton di dalam negeri. Jika demikian, posisi ini adalah rekor, setelah per April 2022 tercatat stok melampaui 6,1 juta ton, tertinggi sejak tahun 2016. 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Jreng! RI-Malaysia Tiba-Tiba Akur Mau Kendalikan Sawit Dunia


(dce/dce)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading