Newsletter

Inflasi AS Cetak Rekor Lagi, Pasar Keuangan RI Bisa Amsyong?

Putra, CNBC Indonesia
14 July 2022 06:00
Infografis, 9 Negara Ini di Ujung Tanduk
Foto: Infografis/ 9 Negara Ini di Ujung Tanduk/ Edward Ricardo

Inflasi di AS yang sebelumnya diperkirakan sudah peak, ternyata salah. Kenyataan justru berkata sebaliknya, inflasi malah semakin mengganas.

Dengan inflasi yang mengganas Fed digadang-gadang bakal makin agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

Semakin agresif the Fed dalam naikkan suku bunga acuan, maka risiko outflows dari negara berkembang seperti Indonesia akan semakin tinggi.

Memang untuk kasus Indonesia, pasar saham masih mencatatkan inflow sebesar Rp 50 triliunan. Namun di pasar obligasi asing justru net sell lebih dari Rp 100 triliun.

Artinya secara neto, pasar keuangan Indonesia mencatatkan outflow sebesar Rp 50 triliunan. Faktor inilah yang juga turut mempengaruhi kinerja rupiah.

Banyak yang menilai bahwa rupiah sangat mungkin tembus Rp 15.000/US$ dalam waktu dekat. Namun Yoga Affandi selaku Kepala Bank Indonesia (BI) Institute melihat tekanan yang dialami rupiah tidak bergitu mengkhawatirkan.

Rupiah bahkan dianggap masih dalam ambang stabil karena pelemahannya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar negara lain yang juga termasuk ke dalam kelompok emerging market.

Yoga melanjutkan bahwa risiko ketidakpastian yang berpotensi menekan rupiah masih ada. Namun Ia meyakini bahwa Indonesia memiliki modal yang kuat dalam mengantisipasi risiko tersebut.

Modal kuat Indonesia yang disebut Yoga tersebut antara lain prospek pertumbuhan ekonomi pasca pandemi seiring dengan lonjakan harga komoditas, ketergantungan terhadap dana asing yang menurun tercermin dari kepemilikan asing di SBN yang tersisa hanya 16% dari sebelum pandemi yang mencapai 30%.

Selain itu likuiditas valuta asing juga terbilang cukup sehingga memungkinkan terjadinya mekanisme pasar yang baik.

Cadangan devisa (cadev) Indonesia per akhir Juni 2022 mencapai US$ 136,4 miliar yang setara dengan lebih dari 6 bulan pembiayaan impor.

Posisi cadev dianggap mencukupi untuk menjadi first line of defense ketika nilai tukar rupiah mengalami tekanan.

Namun bagaimanapun juga dalam waktu dekat potensi depresiasi rupiah juga membayangi pasar saham. Kalau rupiah tembus ke Rp 15.000/US$, IHSG juga rawan mengalami koreksi.


 

(trp/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular