Newsletter

Inflasi AS Cetak Rekor Lagi, Pasar Keuangan RI Bisa Amsyong?

Putra, CNBC Indonesia
14 July 2022 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), negara adidaya tersebut baru saja merilis data inflasinya untuk bulan Juni 2022 yang menyebabkan pasar modalnya longsor. Indeks S&P 500 ditutup turun 0,45% sedangkan Dow Jones dan Nasdaq Composite mengalami koreksi masing-masing 0,67% dan 0,15%.

Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menjadi indikator inflasi naik 9,1% secara tahunan bulan lalu. Laju inflasi aktual tersebut lebih tinggi dari perkiraan pasar yang memprediksi hanya naik 8,8% secara tahunan.

Laju inflasi Juni 2022 juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya 8,6% secara tahunan. Kini inflasi AS sudah mencapai laju tertingginya sejak November 1981.

Inflasi inti AS yang mencerminkan kenaikan harga barang dan jasa di luar harga pangan serta energi naik 5,9% secara tahunan. Pun lebih tinggi dari estimasi konsensus di angka 5,7%.

Melihat inflasi AS yang masih mengganas tersebut, pelaku pasar mulai memperkirakan bahwa bank sentral AS The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps).

Untuk diketahui, sebelum rilis data inflasi semalam, mayoritas pelaku pasar masih memperkirakan the Fed bakal mengerek Fed Funds Rate/FFR (suku bunga acuan AS) sebesar 75 bps.

Namun setelah rilis data inflasi tersebut pelaku pasar memperkirakan ada peluang sebesar 51,1% Fed bakal lebih agresif dengan menaikkan FFR sebesar 100 bps, jika mengacu pada CME FedWatch.

"Tak ada jalan lain, kecuali The Fed harus lebih agresif dalam waktu dekat dan menghajar sisi permintaan. Itu yang akan memicu resesi sekarang," tutur Liz Ann Sonders, analis Charles Schwab seperti dikutipĀ CNBC Internnational.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-bertambah 7 bp ke 3,03%, sementara imbal hasil obligasi serupa bertenor 2 tahun melompat 11 bp menjadi 3,16%.

Artinya, terjadi kurva inversi di mana imbal hasil obligasi tenor pendek bersinggungan dan bahkan melampaui obligasi tenor panjang. Hal ini dimaknsai sebagai sinyal bakal terjadinya resesi.

Bank of America mengatakan bahwa ekonomi AS akan jatuh ke dalam mild recession tahun ini dan tingkat pengangguran akan mencapai 4,3% tahun depan dari level sekarang di 3,6%.

(trp/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular