
Alamak! Tingkat Kesengsaraan di Amerika Serikat Makin Tinggi

Wall Street yang menguat tajam pada perdagangan Kamis waktu setempat tentunya memberikan angin segar ke pasar Asia hari ini. Meski demikian, pelaku pasar juga masih akan berhati-hati sebab malam ini ada rilis data tenaga kerja AS.
Data tersebut terdiri dari penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls), tingkat pengangguran dan perubahan rata-rata upah per jam. Data ini merupakan salah satu indikator yang digunakan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, selain data inflasi tentunya.
Seperti disebutkan halaman sebelumnya, rencana PHK melonjak signifikan pada bulan lalu. Tentunya ini bisa menjadi sinyal pasar tenaga kerja mulai melemah.
Selain itu, Indeks Kesengsaraan (Misery Index) yang mengukur tingkat kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat juga mulai menanjak. Data ini dipublikasikan oleh Federal Reserve Economic Data (FRED), mencapai 12% pada Mei lalu.
Level yang sama terjadi pada awal pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) dan awal krisis finansial 2008.
Artinya, tingkat kesulitan ekonomi yang dirasakan sama seperti sebelum krisis finansial global dan awal pandemi Covid-19, dan keduanya berujung pada resesi Amerika Serikat.
Selain itu yield Treasury kembali mengalami inversi, yang menjadi sinyal awal terjadinya resesi.
Inversi tersebut terjadi setelah yield Treasury tenor 2 tahun lebih tinggi ketimbang tenor 10 tahun. Dalam kondisi normal, yield tenor lebih panjang akan lebih tinggi, ketika inversi terjadi posisinya terbalik.
Sebelumnya inversi juga terjadi di bulan April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Amerika Serikat.
Berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya. Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).
Setelah rilis riset tersebut, inversi yield terjadi lagi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi Covid-19.
Kuatnya sinyal resesi di Amerika Serikat, dan berisiko menyebar ke negara lainnya terutama di Barat, membuat pasar finansial sulit untuk reli, termasuk di Indonesia.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
(pap/pap)