Newsletter

Sambut Semester II-2022, Semoga Ada Kabar Baik

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 July 2022 06:00
Dow Jones
Foto: Dow Jones (REUTERS/Brendan McDermid)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali memburuk pada perdagangan Kamis kemarin, yang juga merupakan perdagangan terakhir di semester I tahun ini, di mana indeks S&P 500 menutup paruh pertama terburuknya dalam lebih dari 50 tahun terakhir.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,82% ke posisi 30.775,43, S&P 500 merosot 0,88% ke 3.785,38, dan Nasdaq Composite ambruk 1,33% ke 11.028,74.

Perdagangan kemarin juga merupakan perdagangan terakhir di kuartal II-2022. Indeks Dow Jones dan S&P 500 berada di jalur terburuknya selama 3 bulan sejak kuartal I-2020 akibat Covid-19. Sementara itu, indeks berbasis teknologi Nasdaq anjlok lebih dari 20% selama tiga bulan terakhir dan menjadi penurunan terburuk sejak 2008.

Indeks S&P 500 membukukan paruh pertama tahun ini yang terburuk sejak 1970, terdampak oleh kekhawatiran terkait inflasi yang meninggi, kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut, dan pengetatan pembatasan wilayah (lockdown) di China karena pandemi Covid-19.

"Kami mengalami pandemi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menutup dunia dan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik fiskal maupun moneter," kata Stephanie Lang, kepala investasi di Homrich Berg, mengatakan kepada CNBC International.

"Ini menciptakan badai yang sempurna sehubungan dengan lonjakan permintaan dan gangguan rantai pasokan, dan sekarang ada inflasi yang belum pernah kita lihat dalam beberapa dekade terakhir. Kini, pasar dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan baru ini di mana The Fed berusaha mengejar ketinggalan dan memperlambat pertumbuhan," tambah Berg.

Sementara itu, indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) naik 4,7% pada Mei atau melambat 0,2 persen poin secara bulanan dan lebih moderat dari ekspektasi pasar dalam polling Dow Jones yang memprediksi angka 4,8%. Indeks PCE dijadikan tolak ukur The Fed untuk mengukur inflasi.

The Fed telah mengambil langkah yang agresif untuk meredam inflasi yang menyentuh level tertinggi sejak 40 tahun. Kebijakan ini memicu kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun, di mana yield Treasury tenor 10 tahun saat ini berada di kisaran 3%.

Presiden The Fed, Cleveland Loretta Mester mengatakan menyetujui kenaikan 75 basis poin (bp) pada suku bunga acuan di pertemuan Juli jika kondisi ekonomi saat ini bisa bertahan. Pada awal Juni, The Fed menaikkan suku bunga menjadi 3,5% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.

Investor cemas terhadap keagresifan The Fed akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi. "Kami tidak percaya pasar saham telah menyentuh level terendahnya dan kami melihat penurunan akan berlanjut. Investor sebaiknya memegang uang tunai yang banyak sekarang," kata Ketua Sanders Morris Harris George Ball dikutip CNBC International.

Dia juga menambahkan bahwa indeks S&P 500 mencapai titik terendah di sekitar 3.100 karena tindakan agresif The Fed, tapi diperlukan untuk memerangi inflasi yang dapat menekan pendapatan perusahaan dan mendorong saham-saham lebih rendah.

Sementara itu dari data ketenagakerjaan, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim untuk tunjangan pengangguran turun menjadi 231.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 25 Juni 2022, dari sebelumnya pada pekan lalu sebesar 233.000.

Di lain sisi, melonjaknya yield Treasury di awal tahun ini dan valuasi ekuitas yang secara historis makin mahal membuat saham teknologi cenderung berkinerja buruk pada semester I tahun ini, karena investor keluar dari area pasar yang berorientasi pada pertumbuhan.

Kenaikan suku bunga The Fed membuat keuntungan masa depan, seperti yang dijanjikan oleh perusahaan yang sedang berkembang, menjadi kurang menarik.

Indeks Nasdaq yang sarat teknologi sangat terpukul tahun ini. Nasdaq telah terkoreksi lebih dari 31%, dan kini di bawah level tertinggi sepanjang masanya yang terbentuk pada 22 November 2021.

Beberapa saham teknologi besar telah mencatat penurunan yang cukup besar tahun ini, dengan Netflix yang ambruk 71%. Sedangkan saham Apple dan Alphabet masing-masing ambles 23% dan 24,8%, dan saham induk Facebook yakni Meta Platform anjlok 52%.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular