
Pekan Lalu IHSG Cerah, Pekan Ini Pasti "To The Moon"?

Beralih ke AS, bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu berhasil rebound setelah sempat menyentuh posisi terendahnya pada pekan sebelumnya
Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 5,4%, S&P 500 melejit 6,5%, dan Nasdaq Composite terbang 7,5%.
Pada perdagangan Jumat pekan lalu, Dow Jones melonjak 2,68% ke level 31.500,68, S&P 500 melompat 3,06% ke 3.911,74, dan Nasdaq melejit 3,34% ke 11.607,62.
Ketiga indeks utama Wall Street tersebut berhasil rebound dan juga berhasil menghentikan penurunan selama tiga pekan beruntun tiga minggu, karena pelaku pasar mempertimbangkan apakah pasar telah menemukan titik terendahnya. Namun, banyak orang di Wall Street masih cenderung pesimis atau khawatir dengan kondisi global.
"Kami percaya bahwa pemantulan di pasar ekuitas AS selama tiga hari perdagangan terakhir telah menjadi reli pasar bearish dari kondisi oversold yang mendalam," tulis Chris Senyek dari Wolfe Research dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CNBC International.
Cerahnya Wall Street terjadi setelah pembacaan sentimen konsumen yang diikuti oleh pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang menunjukkan sedikit pelonggaran ekspektasi inflasi.
Menurut survei dari University of Michigan, sentimen konsumen mencapai rekor terendah 50 pada periode Juni 2022. Sementara di permukaan yang tidak positif untuk pasar, investor menyukai angka di dalam laporan yang menunjukkan ekspektasi inflasi 12 bulan oleh konsumen turun kembali ke 5,3%.
Pembacaan sentimen konsumen bisa menjadi sangat penting bagi investor, karena Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa penurunan mengejutkan dalam pembacaan awal adalah salah satu alasan bank sentral menaikkan suku bunga acuannya sebesar tiga perempat poin persentase pada awal bulan ini.
"Ini adalah kondisi yang melegakan," kata Mohamed El-Erian dari Allianz pada hari Jumat di "Squawk Box" CNBC International.
"[Ini] melegakan setelah [indeks melewati] minggu yang sulit, enam minggu yang sulit, tahun yang sulit ... dan itu sangat disambut baik." ungkap El-Erian.
Namun, kepala ekonom perusahaan menunjukkan terdapat tanda-tanda yang mengganggu di pasar obligasi, yang memperkirakan "risiko resesi yang lebih tinggi" tepat ketika The Fed mengambil sikap yang lebih agresif untuk menjinakkan inflasi.
"Pasar mengatakan 'wah, hati-hati,' karena ekonomi melemah tidak hanya di AS, tetapi di seluruh dunia. Jadi ada dua narasi yang berbeda saat ini di pasar saham dan pasar obligasi. Dan isu utamanya adalah sekali lagi, pasar obligasi yang mendikte The Fed, dan bukan [sebaliknya]," lanjut El-Erian.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, hampir seluruh sektor saham di bursa AS mengalami kenaikan.
Saham pelayaran menjadi penopang indeks S&P 500 pada Jumat pekan lalu. Saham Carnival Corporation terbang 12,4%, setelah volume pemesanan di kuartal I-2022 naik 'hampir dua kali lipat', menjadi 'volume pemesanan kuartalan terbaik sejak awal pandemi'.
Sedangkan saham Royal Caribbean Group meroket 15,8% dan saham Norwegian Cruise Line Holdings meroket nyaris 15,4%.
Sektor keuangan juga tak kalah menarik, di mana saham-saham bank besar AS melesat 3,8%, setelah The Fed merilis hasil "stress test" tahunannya. The Fed mengatakan perusahaan seperti Wells Fargo memiliki kumpulan modal yang kuat untuk menghadapi potensi resesi.
Harga saham Wells Fargo melonjak hampir 7,6%, sedangkan saham Capital One melompat 5,6%.
Di lain sisi, saham logistik yakni FedEx melonjak sekitar 7,2%, meskipun laporan kuartal keempat beragam setelah perusahaan logistik itu menyampaikan perkiraan pendapatan yang optimis.
(chd/chd)