Polling CNBC Indonesia

The Fed Cs Sudah Naikkan Bunga, BI Kapan Nyusul?

Research - Maesaroh, CNBC Indonesia
22 June 2022 11:06
(CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan bulan ini. Inflasi yang terkendali menjadi modal utama BI untuk tidak menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRR).

Gubernur Perry Warjiyo dan anggota Anggota Dewan Gubernur lain dijadwalkan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2022 pada 22-23 Juni 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan bertahan di 3,5%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Bila BI nantinya memang tetap mempertahankan BI 7-DRR berarti suku bunga acuan sebesar 3,5% akan bertahan selama 16 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.


Perry Warjiyo memperkirakan inflasi tahun ini akan mencapai 4,2%, sedikit di atas target BI di kisaran 2-4%. Dia menjelaskan kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk kelompok tidak mampu membuat BI tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga. Lonjakan harga komoditas di tingkat global tidak langsung ditransmisikan ke masyarakat karena ada buffer dari pemerintah sehingga inflasi lebih terkendali.

"Inflasi kemungkinan di 4,2%. Inflasi menjadi tantangan besar tetapi kami percaya dengan kerja sama yang erat dengan pemerintah, kami bisa menjaga stabilitas harga," tutur Perry, dalam acara Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospects: Financial Deepening for Stronger Growth and Sustainable Recovery, Rabu (22/6/20222).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Indonesia mencapai 0,4% (month to month/mtm) pada Mei 2022, jauh lebih rendah dibandingkan 0,95% yang tercatat pada April. Namun, secara tahunan (year on year/YoY), inflasi menembus 3,55% yang menjadi rekor tertinggi sejak Desember 2017. BPS juga mencatat inflasi inti pada Mei menyentuh 2,58% (yoy), melandai dibandingkan April yang menembus 2,60% (YoY).


Perry menambahkan kebijakan moneter BI akan diarahkan pada pro-stability sementara kebijakan makro-prudensial kepada pro-growth. "Kebijakan moneter akan terus pro-stability. Dengan inflasi yang rendah, kita tidak perlu terburu-buru untuk menaikkan suku bunga," imbuhnya.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Perry juga sudah menegaskan sikap BI untuk tidak terlalu terburu-buru menaikkan suku bunga karena inflasi yang terkendali. Optimisme inilah yang kemudian menjadi dasar perkiraan para analis dan ekonom bahwa BI akan tetap menjaga suku bunga sebesar 3,5%.

"Kami masih melihat dipertahankan di 3,5% mengingat inflasi inti masih di bawah 3% serta harga Pertalite yang tidak jadi dinaikkan," tutur ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.

Sebagai mana diketahui, pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk kelompok tidak mampu pada tahun ini. Pemerintah juga menaikkan anggaran subsidi serta perlindungan sosial untuk memberikan buffer kepada masyarakat dari dampak kenaikan harga energi dan komoditas pangan.

Ekonom Danareksa Research Institute Muhammad Ikbal Iskandar mengatakan melandainya inflasi inti menjadi sinyal bahwa permintaan kembali melambat. Konsumsi masayarakat bisa semakin tertekan jika ada kenaikan suku bunga acuan.

"BI akan mempertahankan suku bunga rendah di 3,5% karena konsumsi rumah tangga yang moderat seperti tercermin dari inflasi inti," tutur Ikbal dalam Economic Report May 2022: High Inflation Might Lead to Interest Rate Hike.

Indonesia menggantungkan 56% pertumbuhannya kepada konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan bisa melambat jika konsumsi menurun.

Senada, ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan pernyataan BI dalam beberapa kesempatan sudah mencerminkan sikap mereka yang tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga. Alih-alih menaikkan suku bunga, kubu MH Thamrin akan lebih menempuh jalan lain dalam pengetatan kebijakan moneternya, yakni penurunan Giro Wajib Minimum (GWM).

Kewajiban GWM rupiah untuk bank umum konvensional, yang saat ini sebesar 5% naik menjadi 6% mulai 1 Juni 2022, dan naik bertahap menjadi 7,5% mulai 1 Juli 2022, dan 9% mulai 1 September 2022.

"Jika BI akan menaikkan suku bunga maka BI akan memberikan sinyal yang lebih kuat dalam pernyataannya," tutur Satria dalam laporannya Which of the Favors will Bank Indonesia Deny?


 

Tekanan Eksternal Menguat, BI Sampai Kapan Tahan Suku Bunga?
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading