Newsletter

Wall Street Jatuh ke Bear Market Lagi, IHSG Siaga 1!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
17 June 2022 06:10
RUSSIA-POLAR BEAR/
Foto: Seekor beruang kutub yang kelaparan telah tersesat ratusan kilometer dari habitat alami Kutub Utara dan berkeliaran, kelelahan, ke kota industri utama Rusia Norilsk di Siberia utara. (REUTERS/Irina Yarinskaya/Zapolyarnaya)

Bursa saham di Wall Street pada perdagangan Kamis (16/6) melemah.

Di mana indeks Dow Jones ambles dan berada di bawah level 30.000 untuk pertama kalinya sejak Januari 2021 karena investor cemas terhadap tindakan The Fed yang agresif untuk meredam inflasi dan akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi.

Indeks Dow Jones anjlok 2,42% atau 741,46 poin ke 29.927,07 dan indeks S&P 500 ambles 3,25% ke 3.666,77. Sedangkan, Nasdaq jatuh 4,08% ke 10.646,10 dan menyentuh level terendahnya sejak September 2020.

Mayoritas indeks saham telah mengalami penurunan pekan ini, di mana indeks S&P 500 ambles 6% dan Nasdaq jath 6,1%. Hal serupa terjadi pada indeks Dow Jones yang merosot 4,7% dan berada pada jalur penurunannya selama 11 pekan beruntun.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq resmi berada di bear market (zona penurunan) dan berada 24% dan 34% dari rekor tertingginya masing-masing karena inflasi dan perlambatan ekonomi membebani investor. Sementara indeks Dow Jones berada 19% di bawah titik tertingginya di Januari.

Data perumahan AS kian mempertebal kekhawatiran seputar resesi, setelah ambles 14% per Mei, atau lebih buruk dari ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan koreksi hanya 2,6%.

"Saatnya keluar dari dunia artifisial yakni injeksi likuiditas masif yang terprediksi di mana semua orang terbiasa dengan suku bunga acuan nol, di mana kita bisa bertingkah dengan berinvestasi sebagian di pasar yang tak seharusnya menjadi tujuan investasi," tutur Kepala Penasihat Investasi Allianz Mohamed El-Erian kepadaCNBC International.

Sentimen pasar tampak suram pada perdagangan kemarin karena bank sentral di seluruh dunia mengadopsi sikap agresif pada kebijakan moneternya dan investor mempertanyakan apakah The Fed dapat melakukan "soft landing" tanpa mendorong ekonomi AS ke resesi.

(aaf/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular