
Wall Street Masuki Bear Market, IHSG Masih Bisa Lanjut Reli?

Sejumlah agenda dan kabar penting ditunggu pelaku pasar pada pekan ini. Pasar keuangan Indonesia akan libur Kenaikan Isa Almasih pada Kamis (26/5/2022) sehingga aktivitas jual beli saham atau obligasi kemungkinan padat pada Senin-Rabu.
Dari banyak agenda pekan depan, pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) merupakan agenda yang kemungkinan paling dipantau pasar pekan ini. BI akan menggelar RDG bulanan pada Senin dan Selasa pekan depan (23-24 Mei)sekaligus mengumumkan kebijakan moneternya.
Pasar kini menunggu apa yang akan dilakukan BI setelah inflasi menjulang di April, kenaikan suku bunga acuan The Fed, serta pemerintah telah membeberkan rencana menambah anggaran untuk subsidi.
Gubernur BI Perry Warjiyo pada pertemuan RDG bulan April lalu mengatakan BI akan menunggu lebih dahulu langkah pemerintah dalam memitigasi kenaikan harga komoditas pangan dan energi sebelum menaikkan suku bunga. BI juga hanya akan mempertimbangkan perkembangan inflasi inti untuk menentukan suku bunga acuan.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti tercatat 0,36% (month to month (mtm) dan 2,60% (year on year/yoy). Secara tahunan, inflasi inti di level tersebut adalah yang tertinggi sejak Mei 2020.
Pada Kamis (19/5/2022), Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah membeberkan rencana pemerintah untuk menaikkan subsidi demi mempertahankan harga BBM dan tarif listrik untuk kelompok kurang mampu. Total subsidi yang akan ditambah sebesar Rp 443,6 triliun untuk memastikan harga BBM, LPG dan listrik yang disubsidi tidak naik. Pemerintah juga akan menambah anggaran perlindungan sosial Rp 18,6 triliun.
Sejumlah ekonom dan analis meyakini Bank Indonesia tidak akan menaikkan BI-7Day Reverse Repo Rate bulan ini. Namun, beberapa dari mereka ada yang memperkirakan bank sentral RI akan mengerek suku bunga mulai Mei ini.
Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan Mei ini karena inflasi sudah terlalu tinggi.
Selain BI, bank sentral Korea Selatan akan mengumumkan kebijakan moneter mereka pada Kamis depan (26/5/2022). Bank of Korea memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga hingga 25 bps pada April lalu.
Sentimen lain yang bisa menggerakkan pasar adalah pengumuman pertumbuhan ekonomi sejumlah negara seperti Jerman (25/5/2022) serta estimasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal II tahun ini (26/5/2022).
Ekonomi AS terkontraksi 1,4% pada kuartal I tahun ini, berbanding terbalik dengan tumbuh 6,9% pada kuartal IV-2021.
Pelaku pasar juga akan menunggu pidato Chairman The Fed Jerome H. Powell dalam acara National Center for American Indian Enterprise Development (NCAIED) 2022 Reservation Economic Summit, pada Selasa (24/5/2022). Pasar menunggu apakah pernyataan Powell masih akan sehawkish sebelumnya setelah kekhawatiran resesi AS meningkat.
Dari Eropa, agenda yang dipantau market adalah World Economic Forum Annual Meeting yang akan diselenggarakan hingga 22-26 Mei. Pada Selasa (24/5/2022), Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde akan berbicara pada forum tersebut. Sejauh ini ECB belum mengerek suku bunga acuan di tengah kenaikan suku bunga acuan global.
Survei yang dilakukan Reuters terhadap para ekonom pada 10 - 16 Mei lalu menunjukkan ECB diperkirakan akan menaikkan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin pada bulan Juli.
(fsd/fsd)