Newsletter

Sentimen Masih Ngeri-ngeri Sedap, Kabar IHSG Dkk Kurang Sehat

Putra, CNBC Indonesia
12 May 2022 06:20
Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo Memberikan Keterangan Pers Mengenai Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Pelaku pasar dalam negeri masih akan menerima sentimen negatif setelah pasar AS ditutup kembali ambruk pada penutupan perdagangan dini hari tadi.

Inflasi tetap menjadi sorotan utama pelaku pasar. Bank sentral global terutama dari negara-negara maju yang sudah menaikkan suku bunga acuannya, sebut saja AS, Inggris dan Australia.

Inflasi di dalam negeri bulan lalu naik 3,47% secara tahunan dan menjadi kenaikan tertinggi sejak Agustus 2019.

Meski naik, inflasi masih berada di kisaran target BI di 2-4%. Prospek inflasi di Tanah Air ke depan diramal masih akan meningkat.

Namun pandangan ekonom dan analis soal kapan BI akan mulai menaikkan suku bunga acuan terbelah. Beberapa ekonom memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga BI 7 Day Reverse Repo di bulan Mei 2022.

Akan tetapi sebagian lain meyakini bahwa siklus pengetatan baru akan dimulai pada semester kedua tahun ini dengan argumentasi inflasi inti masih terjaga.

Sebagai catatan, inflasi inti di bulan April 2022 naik 2,6%. Pemicu inflasi bulan lalu lebih ke pos harga bergejolak dan diatur pemerintah.

BI sendiri sebenarnya sudah menyiapkan ancang-ancang untuk menaikkan suku bunga acuan.

"BI terus memonitor resiko inflasi ke depan, besaran dan timing dari respons kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga," tutur Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, Selasa (10/5/2022), kepada CNBC Indonesia.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memang masih akan digelar pada 23-24 Mei nanti. Namun sebagai investor, ancang-ancang perlu disiapkan.

Hari ini aka nada rilis data ekonomi berupa penjualan ritel bulan Maret 2022. Sejak Oktober 2021, penjualan ritel di Indonesia sudah tumbuh positif secara tahunan.

Penurunan kasus Covid-19 dan perbaikan mobilitas publik di bulan Maret kemungkinan akan mendorong penjualan ritel tetap tumbuh positif. Konsensus memperkirakan penjualan ritel tumbuh 11,5%.

Namun sepertinya data positif penjualan ritel pun belum cukup kuat untuk mempengaruhi sentimen pasar yang didominasi oleh kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Investor pun harus siap dengan volatilitas tinggi.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular