
Sentimen Masih Ngeri-ngeri Sedap, Kabar IHSG Dkk Kurang Sehat

Bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir longsor pada perdagangan Rabu (11/5/2022), setelah sempat menguat pada perdagangan kemarin. Koreksi bursa AS terjadi di tengah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun yang kembali naik ke atas level 3%.
Indeks Dow Jones Industrial Average ambruk 326 poin (-1,01%), Indeks Nasdaq turun 373 poin (-3,18%) ke 11.364,24 dan menjadi koreksi terparah diantara 3 indeks utama Wall Street, sedangkan S&P 500 anjlok 64,32 poin (-1,61%) ke 3.936,73.
Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.
Inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspktasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercata sebesar 0,3% sedankan inflasi inti sebesar 0,6%.
Inflasi memang masih menjadi risiko utama ekonomi AS. Kenaikan inflasi yang mencapai level tertingginya dalam lebih dari 4 dekade terakhir diyakini berdampak ke semua elemen masyarakat.
Tidak hanya masyarakat kalangan bawah saja yang menderita karena tingginya harga barang dan jasa di AS.
Orang-orang kaya di AS juga ikut terdampak, terutama mereka yang memiliki portofolio saham-saham teknologi.
Kenaikan inflasi yang sangat tinggi membuat The Fed yang sebelumnya royal tebar uang mendadak menjadi sangat agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.
Suku bunga acuan diramal bakal dinaikkan sampai lebih dari 5x tahun ini. Alhasil aset-aset yang tergolong dalam growth stock berguguran. Kekayaan para crazy rich pun menguap.
Kenaikan harga telah menjadi perhatian utama, terutama karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuan dan memangkas neraca untuk mengatasi inflasi.
Menyusul rilis inflasi tersebut, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan di pasar-dengan kembali menguat melewati level psikologis 3%.
(trp/trp)