Newsletter

Obat Kuat Cap Paman Sam Bikin IHSG Siap Terbang Hari Ini

Putra, CNBC Indonesia
11 May 2022 06:10
IHSG,  Senin (9/5/2022).
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air masih dilanda gejolak pada perdagangan kemarin, Selasa (10/5/2022). Harga saham dan obligasi pemerintah kompak melemah.

Di pasar ekuitas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,30% di level 6.819,79. IHSG sempat anjlok sampai turun ke bawah level psikologis 6.700. Namun, IHSG memberikan perlawanan dan rebound meski tetap terkoreksi.

Setidaknya, IHSG bisa kembali ke level 6.800-an dan sejak awal tahun masih membukukan return sebesar 3,62%.

Bersamaan dengan koreksi IHSG, asing tercatat net sell jumbo senilai Rp 3 triliun. Lebih besar dari net sell kemarin yang 'hanya' mencapai Rp 2,6 triliun.

Selain saham, harga surat berharga negara (SBN) juga mengalami pelemahan. Mayoritas investor kembali melepas SBN, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan.

Yield SBN untuk tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 16 bp ke level 7,33%.

Tidak hanya itu, pemerintah yang melakukan lelang surat utang negara (SUN) pun cenderung sepi peminat.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk dalam lelang SUN hari ini mencapai Rp 19,74 triliun.

Jumlah tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun ini. Penawaran yang masuk pada hari lelang hari ini bahkan tidak ada setengahnya dari penawaran yang masuk pada lelang sebelumnya pada 12 April 2022 (Rp 40,28 triliun).

Dari jumlah penawaran Rp 19,74 triliun yang masuk, pemerintah hanya menyerap utang sebesar Rp 7,76 triliun. Dengan demikian, pemerintah gagal memenuhi target indikatif dalam lima lelang SUN terakhir.Jumlah yang diambil pada lelang hari ini juga menjadi yang terendah sepanjang tahun 2022.

Pada lelang kemarin, penawaran yang masuk dari investor asing mencapai Rp 1,33 triliun. Jumlah tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun 2022.

Kinerja buruk di pasar saham dan SBN hingga outflow di pasar keuangan RI pun tak mampu membuat nilai tukar rupiah menguat. Akhirnya rupiah pun harus rela berakhir stagnan di Rp 14.555/US$ di pasar spot.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) berbalik melesat pada pembukaan perdagangan Selasa (10/5/2022), menyusul koreksi beruntun dalam 3 hari terakhir akibat kebijakan moneter ketat yang kian agresif.

Indeks Dow Jones Industrial Average lompat 470 poin (+1,5%) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan 30 menit kemudian menjadi 335,1 poin (+1,04%) ke 32.580,8. Indeks Nasdaq NAIK 276,27 poin (+2,38%) ke 11.899,52 sedangkan S&P 500 bertambah 62,94 poin (+1,58%) ke 4.054,18.

Hingga akhir perdagangan Wall Street mayoritas kompak ditutup menghijau dimana indeks teknologi Nasdaq sukses membukukan apresiasi signifikan sebesar 0,98%, S&P 500 naik 0,26%, dan hanya Dow yang terkoreksi 0,27%.

Sepanjang koreksi kemarin, pemodal memilih memburu saham-saham defensif dan minim risiko seperti saham sektor konsumer dan utilitas di tengah kekhawatiran bahwa resesi akan melanda.

Reli di bursa saham hari ini terjadi berbarengan dengan melandainya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan di pasar-dengan kembali ke bawah level psikologis 3%.

"Terlepas dari ekspektasi kami bahwa inflasi akan menurun dan pertumbuhan ekonomi kian berkelanjutan, kami yakin bahwa investor semestinya bersiap menghadapi volatilitas saham lebih jauh jelang pergerakan signifikan di variabel penting ekonomi dan pasar obligasi," tutut analis UBS Mark Haefele seperti dikutip CNBC International.

Sebelumnya bursa Paman Sam sempat terkoreksi tiga hari beruntun. Semua ini pemicunya lagi-lagi bermuara pada kebijakan moneter AS. Bank sentral Paman Sam The Fed pekan lalu menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps.

Kini target suku bunga AS berada di kisaran 0,75-1,00%. Kenaikan drastis suku bunga acuan membuat yield surat utang pemerintahnya naik signifikan.

Ketika yield naik berarti harga obligasi sedang tertekan. Investor cenderung memilih aset-aset dengan durasi pendek dan melepas aset dengan horizon investasi jangka panjang.

Hal inilah yang memicu saham-saham teknologi babak belur di sepanjang tahun 2022 ini. Pelaku pasar pun memperkirakan volatilitas masih akan berlangsung.

Seirama dengan Wall Street, bursa saham Eropa juga sukses ditutup dengan kinerja yang moncer. Indeks Stoxx 600 menguat 0,8%. Sedangkan indeks saham Jerman (DAX) memimpin penguatan dengan apresiasi mencapai 1,15%.

Sentimen positif bagi pasar modal lokal tentunya utamanya datang dari menghijaunya bursa Eropa dan Amerika Serikat pasca terkoreksi berberapa hari terakhir yang tentunya juga akan memberi semangat tersendiri bagi bursa dalam negeri untuk balas dendam pada perdagangan hari ini.

Selanjutnya untuk pasar keuangan domestik, ada beberapa catatan yang perlu dicermati untuk perdagangan hari ini, Rabu (11/5/2022).

Di pasar saham, IHSG sudah dua hari beruntun mengalami pelemahan yang signifikan. Meskipun begitu tanda-tanda rebound sepertinya mulai tampak.

Secara teknikal, IHSG sudah benar-benar menyentuh level oversold alias jenuh jual. Terakhir kali IHSG menyentuh level oversold-nya pada 19 Mei 2021. Setelah itu tampak indeks pun mengalami rebound.

Saat indikator teknikal menunjukkan adanya tanda oversold, maka harga sudah bisa dikatakan mendekati bottom dan investor akan memanfaatkan momentum ini untuk melakukan strategi buy the dip.

Tanda-tanda rebound IHSG juga sebenarnya sudah mulai tampak pada perdagangan kemarin. Awalnya IHSG sempat anjlok sampai 3% lebih. Namun indeks memberikan perlawanan sehingga kembali ke level psikologis 6.800.

Beberapa saham bank kakap yang menjadi tulang punggung indeks dengan nilai kapitalisasi pasar jumbo juga terpantau menunjukkan pergerakan melawan koreksi.

Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang tadinya melemah signifikan ditutup menguat 0,85% di akhir perdagangan. Kemudian ada juga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang ambles hampir 6% akhirnya ditutup stagnan.

Nasib serupa juga dialami oleh saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang koreksinya terpangkas di akhir perdagangan. Ini menunjukkan bahwa mulai ada tekanan beli dan bisa menjadi indikator pasar sudah menyentuh bottom.

Selain faktor psikologis di atas, perdagangan hari ini juga akan diwarnai dengan rilis data ekonomi berupa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

IKK untuk bulan April diperkirakan oleh Trading Economics bakal naik 1 poin menjadi 112. Prospek kenaikan IKK sebenarnya sangat wajar karena pemulihan ekonomi terus berlanjut.

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Westpac Australia Mei 2022 (07:30 WIB)
  • Rilis data Inflasi China bulan April 2022 (08:30 WIB)
  • Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia bulan April 2022 (11:00 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY)

5,01 %

Inflasi (April 2022, YoY)

3,47%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (April 2022)

3,50%

Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022)

-4,65% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q4-2021)

0,40% PDB

Cadangan Devisa (Oktober 2021)

US$ 139,1 miliar

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular