
'Masalah Lama Bersemi Kembali', Awas IHSG Rontok Lagi!

Wall Street sukses rebound tentunya bisa memberikan sentimen positif ke pasar saham Asia. Namun, 'masalah lama bersemi kembali' di Amerika Serikat dan China, dua negara dengan nilai perekonomian terbesar dunia, masih akan membebani sentimen pelaku pasar.
Amerika Serikat menghadapi isu pelambatan ekonomi akibat The Fed yang akan agresif menaikkan suku bunga.
"Saya melihat probabilitas 30% Amerika Serikat memasuki resesi dalam 12 bulan ke depan, dan probabilitas tersebut terus meningkat," kata kepala ekonomi Moody's Analytics Mark Zandi, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (22/4/2022).
Ketua The Fed, Jerome Powell juga mengakui tugas The Fed saat ini sangat menantang, melandaikan inflasi yang sangat tinggi tanpa membuat perenomian AS mengalami pelambatan signifikan hingga resesi.
"Target kami menggunakan instrumen yang kami miliki untuk kembali mengsinkronkan supply dengan demand... dan tanpa membuat pelambatan yang bisa membawa perekonomian resesi. Itu akan sangat menantang," kata Powell dalam diskusi ekonomi pada pertemuan Dana Monerer International (IMF) sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu, China kembali dihadapkan pada masalah Covid-19. China sudah melakukan karantina (lockdown) di beberapa wilayah. Tetapi nyatanya kasus Covid-19 malah terus bertambah.
Alhasil, muncul kecemasan akan terjadinya lockdown secara nasional. Ibu kota Beijing bahkan dilanda panic buying.
Mengutip Channel News Asia (CNA) yang mengutip kantor berita AFP, antrean dan penumpukan warga mulai terlihat di beberapa supermarket pada Minggu, (24/4/2022) dan Senin. Selain di supermarket, ditemukan juga banyak barang terjual habis di aplikasi pengiriman bahan makanan.
Jika benar China melakukan lockdown nasional maka perekonomian bisa dipastikan akan melambat.
Artinya Amerika Serikat dan China tercancam mengalami pelambatan ekonomi lagi, bahkan ada risiko resesi, dan perekonomian dunia akan ikut terseret.
Alhasil, aksi jual kembali melanda aset-aset berisiko.
"Ini bukan kejutan dan ini merupakan aksi jual yang logis sebab pasar melihat kasus Covid-19 jelas berdampak ke aktivitas perekonomian. Itu juga akan berdampak pada earning sebagian besar perusahaan," kata Timothy Moe, kepala strategi ekuitas wilayah Asia Pasific di Goldman Sachs, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin kemarin.
Artinya, meski Wall Street memberikan sentimen positif, tetapi aksi jual masih akan membayangi, ada risiko IHSG akan kembali tertekan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
(pap/pap)