Polling CNBC Indonesia

Soal Perdagangan, Akhirnya Jokowi Samai Prestasi SBY!

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 April 2022 11:43
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Surplus neraca perdagangan di bulan Maret masih ditopang tingginya harga komoditas. Sebagai catatan, sejumlah komoditas mencatatkan lonjakan harga yang sangat tajam di awal Maret bahkan memecahkan rekor baru. Kenaikan dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Harga batu bara mencetak rekor pada 2 Maret 2022 lalu ke level US$ 446 per ton. Pada 9 Maret, harga Crude Palm Oil (CPO) menyentuh MYR 7.268/ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa. Nikel pun tidak mau ketinggalan.

Harga nikel mencatat rekor baru di bulan Maret lalu. Di awal Maret, bursa logam London (LME) bahkan menangguhkan perdagangan hingga seminggu karena aksi short selling membawa harga nikel mencapai lebih dari US$ 100.000/ton. Pada 8 Maret, harga minyak mentah dunia Brent kembali tembus ke level US$ 120 yang menjadi catatan tertinggi sejak 2008.

"Kinerja ekspor diperkirakan akan ditopang oleh kenaikan harga komoditas sementara dari sisi volume didorong oleh peningkatan volume pada bulan Maret secara rata-rata dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan bulan sebelumnya," tutur ekonom Bank Permata Josue Pardede, kepada CNBC Indonesia.

Josua menambahkan kinerja manufaktur dari mitra dagang Indonesia cenderung bervariasi sehingga berdampak terhadap permintaan ekspor Indonesia. Purchasing Managers' Index (PMI) Amerika Serikat (AS) dan Jepang cenderung meningkat sementara PMI manufaktur dari Kawasan Eropa, China dan India melemah.

Melemahnya PMI China di Maret juga menjadi alasan mengapa ekspor Indonesia tidak setinggi di Februari. PMI China melemah ke level 48,1 di Maret yang menjadi rekor terendahnya sejak Februari 2020.

Sebagai catatan, ekspor pada Februari mencapai US$ 20,47 miliar, naik 6,73 % dibanding ekspor Januari 2022. Dibanding Februari 2021 nilai ekspor naik 34,14%.
Ekspor Indonesia pada Februari lalu melonjak tajam setelah pemerintah membuka kembali pintu ekspor batu bara.



Di bulan Februari, batu bara yang masuk dalam kelompok bahan bakar mineral menyumbang nilai ekspor sebesar US$ 2,99 miliar. Jumlah tersebut melonjak 141,5% dibandingkan yang tercatat di Januari (US$ 1,24 miliar).

Ekspor batu bara diperkirakan masih tinggi di bulan Maret seiring dengan melambungnya harga si emas hitam. "Kenaikan harga batu bara terutama batu bara masih menjadi motor utama kenaikan ekspor di Maret," tutur Danareksa Reserach Institute dalam laporannya Monthly Economic Report and Outlook March 2022.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan kenaikan harga komoditas masih sangat menguntungkan ekspor Indonesia hingga Maret, Namun, ada resiko dari penurunan perdagangan global ke depan karena lonjakan harga komoditas.

Menurutnya, perdagangan global bisa anjlok karena banyak negara mengerem impor mereka akibat dari melesatnya harga komoditas dan inflasi dalam negeri.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular