Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup tidak kompak pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, bahkan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Namun nilai tukar rupiah melemah, meski sangat tipis.
Kemarin, IHSG menutup hari di posisi 7.262,78. Naik 0,67% dari hari sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi baru.
Lagi-lagi perdagangan di lantai bursa berlangsung semarak. Volume perdagangan melibatkan 26,71 miliar unit saham. Jauh di atas rata-rata sepanjang 2022 yaitu 23,16 miliar.
Sementara frekuensi perdagangan tercatat 1,56 juta kali, juga di atas rerata sepanjang tahun yang 1,42 juta kali. Kemudian nilai transaksi mencapai Rp 17 triliun, lebih tinggi ketimbang rata-rata 2022 yaitu Rp 14,55 triliun.
Investor asing juga terus 'menyerok' saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai beli bersih investor asing adalah Rp 1,18 triliun di seluruh pasar. Dengan begitu, nilai beli bersih investor asing sepanjang 2022 adalah Rp 41,32 triliun.
Namun sayang, gairah di bursa saham tersebut tidak menular ke pasar valas. Di perdagangan pasar spot, rupiah finis di posisi Rp 14.362/US$. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Nusantara terdepresiasi tipis hampir flat 0,01%.
Halaman Selanjutnya --> Wall Street Melejit
Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama ditutup menguat. Bukan sembarang menguat, tetapi melesat.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,01%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite melejit masing-masing 1,12% dan 2,03%.
Sepertinya lesatan Wall Street disebabkan oleh technical rebound. Maklum, sebelumnya Wall Street sudah terkoreksi lumayan dalam.
S&P 500, misalnya, sebelumnya melemah tiga hari beruntun. Selama tiga hari itu, koreksinya mencapai 2,28%.
Oleh karena itu, saham-saham di Wall Street kini sudah 'murah'. Inilah yang kemungkinan mendorong pelaku pasar untuk melakukan aksi borong.
Selain itu, investor juga semringah melihat rilis laporan keuangan emiten. Delta Air Lines mengumumkan akhirnya kembali mencetak laba pada kuartal I-2022 setelah lama tenggelam akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Pada kuartal perdana 2022, Delta Air Lines melaporkan pendapatan sebesar US$ 9,35 miliar. Lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar yaitu US$ 9,04 miliar.
"Ternyata permintaan masih tetap tinggi. Aura hidup yang kembali normal setelah pandemi membuat masyarakat berani keluar dan bepergian," kata Matthew Keator, Managing Partner di Lenox, seperti dikutip dari Reuters.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama tentu lonjakan Wall Street, yang bisa menjadi sentimen positif. Diharapkan gairah di Wall Street bisa menular ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah risiko percepatan laju inflasi domestik. Pemerintah membuka wacana untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, minyak diesel alias Solar, hingga gas Elpiji ukuran 3 kg.
Per 1 April 2022, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax. Kenaikan harga Pertamax mungkin dampaknya tidak signifikan. Sebab konsumsi Pertamax relatif kecil, sekitar 12% dari total konsumsi BBM.
Akan beda ceritanya kalau harga Pertalite yang naik. Konsumsi Pertalite mencapai 62% dari total konsumsi BBM nasional.
"Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya," ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4/2022).
Mengutip kajian Bank Mandiri, kenaikan harga Pertalite hingga 10% bisa menyumbang inflasi sebesar 0,32 poin persentase (ppt). Sementara itu, kenaikan harga Elpiji 3 kg hingga 10% bisa mendongrak inflasi sebesar 0,35 ppt.
Meski Gubernur Perry Warjiyo menyebut BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%, terendah dalam sejarah, sampai tanda-tanda kenaikan inflasi benar-benar terasa. Hingga Maret 2022, inflasi masih di bawah 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), masih di kisaran target BI 2-4%.
Namun jika harga Pertalite dan Elpiji 3 kg benar-benar naik, maka bisa dipastikan inflasi akan menembus di atas 4%. Dalam kondisi sekarang, it is sooner rather than later...
Jadi kenaikan suku bunga acuan rasanya bukan soal apakah akan terjadi tetapi kapan bakal terjadi. Pelaku pasar memperkirakan hal itu akan terjadi paling awal kuartal III-2022
"Saat ini, arah kebijakan BI sepertinya masih belum terburu-buru menuju normalisasi karena volatilitas di pasar keuangan Indonesia yang relatif terbatas. Kami memperkirakan BI akan mulai mengetatkan kebijakan moneter paling cepat kuartal III-2022 seiring risiko inflasi yang semakin nyata karena kenaikan harga sejumlah barang yang diatur pemerintah," papar Radhika Rao, Ekonom DBS, dalam risetnya.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Globe Kita Terang Tbk (08:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Trikomsel Oke Tbk (09:00 WIB).
- Rilis data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia periode Februari 2022 (10:00 WIB).
- Rilis data Survei Kegiatan Dunia Usaha periode kuartal I-2022 (10:00 WIB).
- Rilis data Prompt Manufacturing Index-BI periode kuartal I-2022 (10:00 WIB).
- Rilis data inflasi Prancis periode Maret 2022 (13:45 WIB).
- Rilis data inflasi Italia periode Maret 2022 (15:00 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA