Newsletter

Pertalite & Gas Melon Mau Naik, RI Kena 'Tsunami' Inflasi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 April 2022 06:10
Pertamax Naik, Pertalite Langka Di Jalur Pantura
Foto: Pertamax Naik, Pertalite Langka Di Jalur Pantura

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama tentu lonjakan Wall Street, yang bisa menjadi sentimen positif. Diharapkan gairah di Wall Street bisa menular ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua, kali ini dari dalam negeri, adalah risiko percepatan laju inflasi domestik. Pemerintah membuka wacana untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, minyak diesel alias Solar, hingga gas Elpiji ukuran 3 kg.

Per 1 April 2022, PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax. Kenaikan harga Pertamax mungkin dampaknya tidak signifikan. Sebab konsumsi Pertamax relatif kecil, sekitar 12% dari total konsumsi BBM.

Akan beda ceritanya kalau harga Pertalite yang naik. Konsumsi Pertalite mencapai 62% dari total konsumsi BBM nasional.

"Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya," ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/4/2022).

Mengutip kajian Bank Mandiri, kenaikan harga Pertalite hingga 10% bisa menyumbang inflasi sebesar 0,32 poin persentase (ppt). Sementara itu, kenaikan harga Elpiji 3 kg hingga 10% bisa mendongrak inflasi sebesar 0,35 ppt.

Meski Gubernur Perry Warjiyo menyebut BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%, terendah dalam sejarah, sampai tanda-tanda kenaikan inflasi benar-benar terasa. Hingga Maret 2022, inflasi masih di bawah 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), masih di kisaran target BI 2-4%.

Namun jika harga Pertalite dan Elpiji 3 kg benar-benar naik, maka bisa dipastikan inflasi akan menembus di atas 4%. Dalam kondisi sekarang, it is sooner rather than later...

Jadi kenaikan suku bunga acuan rasanya bukan soal apakah akan terjadi tetapi kapan bakal terjadi. Pelaku pasar memperkirakan hal itu akan terjadi paling awal kuartal III-2022

"Saat ini, arah kebijakan BI sepertinya masih belum terburu-buru menuju normalisasi karena volatilitas di pasar keuangan Indonesia yang relatif terbatas. Kami memperkirakan BI akan mulai mengetatkan kebijakan moneter paling cepat kuartal III-2022 seiring risiko inflasi yang semakin nyata karena kenaikan harga sejumlah barang yang diatur pemerintah," papar Radhika Rao, Ekonom DBS, dalam risetnya.

Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular