
Hati-hati 'Tsunami' Inflasi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) da nilai tukar rupiah sama-sama terapresiasi.
Kemarin, IHSG ditutup di posisi 7.214,78. Naik 0,15% dari hari sebelumnya sekaligus menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa.
Perdagangan pun berlangsung semarak. Volume transaksi tercatat melibatkan 26,86 miliar unit saham. Lebih banyak ketimbang rata-rata sepanjang 2022 yang sebanyak 23,11 miliar unit saham.
Sementara frekuensi transaksi adalah 1,59 juta kali, juga lebih banyak ketimbang rerata year-to-date yang 1,42 juta kali. Kemudian nilai transaksi tercatat Rp 15,86 triliun, lebih tinggi dibandingkan rata-rata year-to-date yang Rp 14,52 triliun.
Investor asing masih rajin memborong saham di Bursa Efek Indonesia, bahkan cukup banyak dengan nilai beli bersih (net buy) Rp 1,51 triliun di seluruh pasar. Sepanjang 2022, nilai blii bersih investor asing tercatat Rp 40,14 triliun.
Gairah di bursa saham, apalagi dengan arus modal masuk sebesar itu, jadi 'obat kuat' buat rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Ibu Pertiwi menutup perdagangan pasar spot di Rp 14.360/US$. Menguat tipis 0,03%.
Halaman Selanjutnya --> Inflasi Meninggi, Wall Street Merah Lagi
Berpindah ke bursa saham AS, tiga indeks utama lagi-lagi finis di jalur merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P500, dan Nasdaq Composite masing-masing terkoreksi 0,26%, 0,34%, dan 0,3%.
Rilis data inflasi Negeri Paman Sam jadi sentimen negatif di Wall Street. Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Lebh tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981. Wow...
"Mengembalikan inflasi ke target 2% adalah tugas paling penting bagi bank sentral. Soal secepat apa kenaikan suku bunga acuan, saya tidak ingin fokus pada hal itu," kata Lael Brainard, Gubernur The Federal Reserve/The Fed (bank sentral AS), dalam wawancara bersama Wall Street Journal, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Pasar memandang komentar Brainard ini sebagai sesuatu yang agresif, hawkish. The Fed sepertinya akan gung ho, tidak akan main-main dalam upaya meredam inflasi.
"Pernyataan Brainard lebih hawkish dari perkiraan pasar. Brainard memberi pernyataan tanpa naskah, yang artinya lebih tegas. The Fed tidak akan santai, mereka akan bergerak cepat," kata Paul Nolte, Porfolio Manager di Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan secara 'ugal-ugalan' ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ikut terkerek dan bertahan di level tinggi. Pada pukul 04:20 WIB, yield obligasi pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden berada di 2,727%.
Kenaikan yield membuat pasar surat utang pemerintah Negeri Adidaya menjadi sangat 'seksi'. Akibatnya, arus dana yang mengalir ke pasar saham menjadi seret.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan pasar. Pertama tentu koreksi di Wall Street, yang bisa membuat 'suasana kebatinan' di pasar Asia ikut suram. Ini bisa menjadi pemberat bagi laju IHSG dan rupiah.
Kedua adalah 'tsunami' inflasi yang semakin terkonfirmasi. Tidak hanya di AS, dunia mengalaminya termasuk Indonesia.
Bank Indonesia (BI) melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) memperkirakan inflasi tahunan pada April 2022 bisa mencapai 3,2% yoy. Jika terwujud, maka akan menjad yang tertinggi sejak November 2018.
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I April 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu pertama April 2022 diperkirakan sebesar 0,68% (mtm). Secara tahun kalender sebesar 1,89% (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,20% (yoy).
"Komoditas utama penyumbang inflasi April 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu minyak goreng (0,24%, mtm), bensin (0,18%, mtm), daging ayam ras (0,08%, mtm), bahan bakar rumah tangga (0,04%, mtm), cabai merah dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,03% (mtm), sabun detergen bubuk/cair (0,02%, mtm), daging sapi, bawang putih, tempe, jeruk, bayam, kangkung, ayam goreng, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu tomat (-0,02%, mtm) dan angkutan udara (-0,01%, mtm)," papar keterangan tertulis BI.
Riset Citi memperkirakan inflasi pada kuartal II-2022 akan berada di rentang 2,5-3,5% yoy. Laju inflasi akan didorong oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax, minyak goreng, dan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Ditambah lagi ada faktor peningkatan permintaan (demand-pull inflation) saat Ramadan-Idul Fitri.
Untuk semester II-2022, Citi memperkirakan inflasi bisa melampaui batas atas 4% dari proyeksi BI. Pada akhir tahun, Citi 'meramal' inflasi Indonesia bisa menyentuh 4,4%.
"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan satu kali sebesar 25 basis poin pada kuartal IV-2022. Dilanjutkan dengan kenaikan dua kaii masing-masing 25 basis poin pada semester I-2023 dengan asumsi inflasi semakin terakselerasi di atas target," sebut riset Citi.
Inflasi, yang pada akhirnya berujung kepada kenaikan suku bunga, akan menjadi sentimen negatif di pasar saham. Laba emiten akan tergerus seiring peningkatan biaya akibat kenaikan suku bunga.
Di sektor riil, inflasi dan kenaikan suku bunga juga akan menghambat ekspansi rumah tangga dan dunia usaha. Akibatnya pertumbuhan ekonomi sangat mungkin melambat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tentu juga akan menjadi sentimen negatif di pasar finansial.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Konferensi pers perkembangan ekonomi terkini dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (08:00 WIB).
- Rilis data angka pengangguran Australia periode Maret 2022 (08:30 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Astra Agro Lestari Tbk (09:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Astra Graphia Tbk (09:00 WIB).
- Pengumuman suku bunga acuan bank sentral Uni Eropa/ECB (18:45 WIB).
- Rilis data penjualan ritel AS periode Maret 2022 (19:30 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Welcome, 2022! Please be Kind to Us...
