
Tunggu Angin Segar dari Global, IHSG Incar Level 7.100

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat sepanjang pekan lalu, di mana indeks Dow Jones mencetak reli 0,4% ke 34.818,28 sementara S&P 500 tumbuh 0,34% ke 4.545,87 diikuti Nasdaq yang menguat 0,29% menjadi 14.261,5.
Namun sepanjang Maret, ketiga indeks tersebut terhitung bergerak variatif di mana S&P 500 masih menguat 0,34%, sementara Nasdaq menyusul dengan reli sebesar 0,29%. Adapun Dow Jones masih terhitung melemah 0,12%.
Kabar buruknya, ketiga indeks tersebut mengalami performa kuartalan terburuk sejak 2020. Indeks Dow Jones dan S&P 500 merosot tajam yang masing-masing sebanyak 4,6% dan 4,9% sepanjang Januari-Maret. Sementara itu, Nasdaq terkoreksi lebih dari 9%.
Menurut CFRA, kinerja Wall Street pada kuartal pertama tersebut menjadi satu dari 15 kinerja kuartalan yang terburuk sejak tahun 1945. Koreksi kuartal pertama indeks S&P 500 sama seperti kuartal pertama 1994.
Koreksi terjadi setelah tiga bulan pertama tahun ini pasar menyaksikan risiko geopolitik berupa perang di Ukraina yang memicu lonjakan harga barang di pasar dunia. Di AS, muncul indikator resesi berdasarkan kurva imbal hasil obligasi pemerintah yang membentuk inversi.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-sempat menguat ke 2,55% atau melesat jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu yang masih di angka 1,51%. Pada Jumat pekan lalu, posisi yield tersebut membaik ke 2,37%.
Namun di sisi lain, imbal hasil obligasi tenor pendek juga meninggi dengan laju lebih besar dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor panjang. Hal ini dinilai sebagai indikator resesi di perekonomian AS, karena pelaku pasar kurang percaya diri memegang aset berharga milik pemerintah berjatuh tempo pendek.
Apalagi, inflasi PCE di AS mencapai 5,4% secara tahunan pada Februari 2022 yang mengindikasikan tingginya beban perekonomian di AS. Secara bersamaan, data tenaga kerja AS menunjukkan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 431.000, atau di bawah ekspektasi analis yang semula memprediksikan angka 490.000 di bulan Maret.
Namun demikian, kabar positif datang dari Eropa Timur di mana Rusia menarik mundur pasukannya yang disiagakan untuk mengepung Ibu Kota Ukraina, Kyiv. Langkah ini dinilai sebagai kemajuan menuju proses perdamaian kedua negara.
CFRA pun memprediksi bursa saham AS akan kembali menguat pada April, di mana indeks S&P 500 berpeluang mencetak kinerja terbaik secara historis. Indeks S&P melesat rata-rata 1,7% setiap April sejak Perang Dunia kedua.
(ags/ags)