
Neraca Dagang Jadi "Obat Kuat", IHSG Siap Lanjut Naik?

Dengan perkembangan konflik di Ukraina sebagai latar belakang, investor hari ini juga akan menyimak sejumlah rilis data ekonomi makro dari sejumlah negara, termasuk Tanah Air. Dari dalam negeri, pada pukul 11.00 WIB, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Februari 2022.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan, nilai ekspor bulan lalu naik 39,17% dari Februari (year-on-year/yoy). Sementara impor diperkirakan tumbuh 38,53% yoy.
Dengan perkiraan tersebut, neraca perdagangan diprediksi surplus US$ 1,8 miliar di Februari. Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan yang tercatat pada Januari 2022 yakni US$ 932,9 juta ataupun Desember 2021 (US$1,01 miliar).
Kenaikan surplus neraca perdagangan di Februari sudah tercermin dalam cadangan devisa. Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa di akhir Februari 2022 sebesar US$ 141,4 miliar, naik US$ 100 juta dibandingkan dengan akhir Januari lalu.
Jika neraca perdagangan kembali mencatatkan surplus pada Februari, artinya Indonesia sudah membukukan surplus neraca perdagangan sejak April 2020 atau selama 22 bulan terakhir.
Sejumlah ekonom menjelaskan neraca perdagangan Februari akan sangat terbantu oleh kembali dibukanya keran ekspor batu bara. Sebagaimana diketahui, pemerintah sempat melarang ekspor batu bara di bulan Januari untuk memastikan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki pasokan batu bara sebagai bahan bakar pembangkitnya.
Selain dipicu harga, ekspor batu bara juga diyakini meningkat dari sisi volume karena meningkatnya permintaan sejalan dengan pemulihan ekonomi dunia. "Permintaan dari China meningkat seiring dengan kembali ekspansifnya manufaktur negara tersebut," tutur ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman.
Data Penting dari Britania Raya dan AS
Para pelaku pasar global juga bakal mencari petunjuk dari publikasi data ekonomi, misalnya, dari Britania Raya.
Pada pukul 14.00 WIB, akan ada data pengangguran Britania Raya per Januari 2022. Konsensus ekonomi memprakirakan, tingkat pengangguran di negeri Ratu Elizabeth II tersebut akan turun menjadi 4% per Januari 2022.
Sebelumnya, tingkat pengangguran Inggris mencapai 4,1% pada kuartal keempat tahun 2021, berada di level terendah sejak kuartal kedua tahun 2020.
Selain data tingkat pengangguran, data lainnya, yakni penerima tunjangan pengangguran (Claimant Count Change), juga akan disimak investor.
Prediksi ekonom yang dihimpun Tradingeconomics menyebut, Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di Inggris akan menurun sebesar 25 ribu pada Februari 2022.
Asal tahu saja, Claimant Change berguna juga untuk menyajikan data jumlah orang yang menganggur di Inggris.
Tidak ketinggalan, investor, terutama di AS, akan menyimak data indeks harga produsen (producer price index/PPI) AS per Februari 2022 pada 19.30 WIB.
(adf/adf)