Newsletter

Pecinta Cuan, Ada 2 "Obat Kuat" Buat IHSG Hari Ini!

Putra, CNBC Indonesia
10 March 2022 06:10
Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Merespons adanya gencatan senjata sementara Rusia dan Ukraina membuat pasar saham AS kembali bergairah dan menguat signifikan. Indeks Dow Jones dan S&P ditutup menguat lebih dari 2% sedangkan Nasdaq Composite melompat lebih dari 3%. 

Saham teknologi menjadi pendorong utama perbaikan kinerja Wall Street yang sebelum-sebelumnya selalu melempem. Saham Netflix naik 5% disusul Microsoft yang menguat 4,6%. Meta Platforms (induk FB dan instagram) dan Alphabet (induk Google) masing-masing naik 4,3% dan 5%.

Saham sektor konsumen sebelumnya tertekan kemarin juga ikut naik. Saham Nike naik 4,7% dan Starbucks melompat 4,3%. Saham sektor transportasi juga mengekor, harga saham Carnival Corp naik 8,8% dan United Air Lines naik 8,3%.

Katalis positif lain untuk bursa Wall Street adalah penurunan harga minyak mentah. Si emas hitam sudah menguat lebih dari 50% sepanjang tahun ini. Namun semalam harga ambrol lebih dari 10% untuk dua jenis minyak yang menjadi acuan global yakni Brent dan West Texas Intermediate (WTI). 

Saat harga minyak mentah menguat, maka saham-saham di sektor migas juga ikut mengalami kenaikan yang cukup tinggi dan menjadi primadona sepanjang tahun ini.

Faktor yang memicu kenaikan harga minyak di sepanjang 2022 masih seputar konflik antara Rusia dengan Ukraina. Keduanya merupakan eksportir energi yang memasok minyak dan gas ke Eropa terutama. 

Biden yang memutuskan untuk memberikan sanksi terhadap ekonomi Rusia karena menginvasi Ukraina membuat harga minyak semakin naik.

Kemarin, mayoritas indeks berakhir melemah setelah sempat berayun di sesi perdagangan. Indeks Dow Jones berakhir dengan melemah 184 poin atau turun 0,5%. Hal yang serupa terjadi pada indeks S&P 500 terkoreksi 0,7% dan Nasdaq drop 0,2%.

Harga komoditas lain juga melonjak termasuk nikel yang mencapai rekor terbaru di atas US$ 100,000 per metrik ton. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 3,7 basis poin ke 1,91% dipicu oleh kecemasan inflasi dan menyebabkan investor melepaskan obligasi.

Di sisi lain sentimen positif juga datang dari rilis data ketenagakerjaan AS. Data JOLT job openings dilaporkan mengalami kenaikan dan mencapai angka 11,26 juta jauh lebih baik dari perkiraan pasar yang memproyeksikan hanya sebesar 10,93 juta. 

Di saat pasar saham AS mengalami reli, harga obligasi pemerintah AS justru melemah. Hal ini tercermin dari kenaikan yield US Treasury yang naik 5 bps menjadi 1,93%.l 

(trp/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular