Ada Kabar Putin Mau Serang Negara Lain, IHSG Piye?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar masih begitu volatil dengan keberlanjutan konflik antara Rusia dengan Ukraina. Harga aset keuangan domestik terutama saham berfluktuasi cukup tinggi belakangan ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan pelemahan 0,80% di level 6.814 pada perdagangan kemarin, Selasa (8/3/2022).
IHSG sempat menguat cukup tinggi di awal-awal perdagangan. Namun apresiasi terus terpangkas hingga akhirnya indeks acuan saham nasional tersebut terkapar di zona merah mengikuti bursa saham Asia.
Indeks Shang Hai Composite terpantau anjlok 2,35%. Sedangkan indeks saham lain drop lebih dari 1%. Meski terkoreksi dalam kinerja IHSG masih lebih baik.
Meski kondisi sedang tidak kondusif, asing tetap getol membeli saham-saham dalam negeri. Hal ini tercermin dari net buy asing di seluruh pasar yang mencapai Rp 607 miliar.
Berbeda dengan harga saham yang naik turunnya tajam, harga SBN domestik berdenominasi rupiah cenderung konsisten melemah tercermin dari kenaikan imbal hasilnya (yield).
Yield SBN 10 tahun RI naik hampir 9 basis poin (bps) menjadi 6,80% kemarin. Penurunan harga membuat yield SBN kini berada di level tertingginya sejak April 2021.
Hanya saja di saat harga saham dan obligasi pemerintah melemah, nilai tukar rupiah justru menguat terhadap dolar AS. Meski menguat tipis 0,07% ke level Rp 14.395/US$ di pasar spot, kinerja mata uang Garuda masih lebih baik dari mata uang Asia lain.
Stabilitas nilai tukar rupiah turut terjaga dengan adanya inflow dana asing yang masuk ke dalam negeri terutama ke pasar ekuitas. Di sepanjang tahun 2022, asing net buy di pasar saham senilai Rp 28,65 triliun.
Sedangkan di pasar SBN asing justru net sell sebesar Rp 4,25 triliun sejak awal tahun sampai 4 Maret kemarin. Secara neto asing tetap net buy sebesar Rp 24 triliun di seluruh pasar keuangan. Inilah yang membuat stabilitas rupiah masih cukup terjaga di tengah pemburukan sentimen global.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga melaporkan adanya kenaikan cadangan devisa senilai US$ 100 juta di bulan Februari 2022. Banjir dana asing ke RI ternyata tak begitu banyak mengangkat cadangan devisa.
BI menuturkan bahwa kenaikan cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa.
(trp/trp)