Newsletter

Ada Kabar Putin Mau Serang Negara Lain, IHSG Piye?

Putra, CNBC Indonesia
09 March 2022 06:20
new york
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali bergerak dengan volatilitas tinggi pada perdagangan Selasa (8/3/2022). Setelah sempat menghijau akhirnya bursa Paman Sam berakhir terkoreksi. 

Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing down 0,56%, 0,72%, dan 0,28%.

Harga minyak mentah acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) melompat 4% menjadi US$ 124 per barel setelah NBC melaporkan bahwa pemerintah AS menyiapkan aturan yang melarang impor minyak asal Rusia pada hari ini juga.

Sementara itu, harga minyak acuan global jenis Brent lompat 3,4% ke US$ 127.36/barel. Pada Senin, harga WTI sempat menyentuh level psikologis 130 sementara Brent sempat menyentuh angka US$ 139.

"Konflik Rusia-Ukraina, lonjakan harga komoditas, kecemasan inflasi, dan outlook bank sentral AS [Federal Reserve/The Fed] memicu ketakutan mengenai resesi yang kian intensif secara cepat dan pasar saham terbanting keras," tutur Chris Senyek, Kepala Perencana Investasi Wolfe Research, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Kenaikan harga minyak, BBM, gas alam, dan logam penting seperti nikel dan paladium memicu kecemasan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat. Di tengah inflasi tinggi, investor pun kian tak yakin dengan situasi yang ada.

Harga nikel bahkan menyentuh US$ 100.000/ons. Kontrak berjangka paladium, logam yang banyak dipakai di sektor manufaktur barang elektronik, melompat 5% ke US$ 3,04/ounce, sementara kontrak platinum lompat 3% ke level US$ 1.149,7/ons.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar kembali melesat, hingga 10 basis poin (bp) ke 1,85%. Kenaikan yield mengindikasikan harga yang tertekan karena permintaan aset minim risiko, yakni obligasi pemerintah, menurun.

Investor terus memantau perkembangan perang Ukraina. Rusia sebelumnya mengingatkan bahwa harga minyak bisa melesat hingga level US$ 300 per barel jika Blok Barat benar-benar mengembargo minyak Rusia.

Di sisi lain, kondisi perang Rusia-Ukraina yang terus berkembang beserta risiko gangguan rantai pasok bisa semakin membuat harga energi melambung. Alhasil, tekanan inflasi pun semakin meningkat. Kebetulan data inflasi AS bulan Februari 2022 akan dirilis pekan ini.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular