
Moment of Truth! Siap-siap Simak Rilis Inflasi AS

Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat di akhir perdagangan Rabu (9/2/2022), berkat reli saham teknologi di tengah surutnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS jelang rilis data inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 305,28 poin (+0,86%) ke 35.768,06, sementara S&P 500 tumbuh 65,64 poin (+1,45%) ke 4.587,18 dan Nasdaq lompat 295,92 poin (+2,08%) ke 14.490,37.
Saham e-commerce Shopify melesat lebih dari 5%, sementara Zoom Video melonjak 4,8%. Induk usaha Facebook, Meta, kembali menguat sebesar 5,4%. Indeks Nasdaq yang berisi saham teknologi pun mencetak reli hari kedua dengan reli sepanjang bulan berjalan sebesar 8%.
"Ada banyak konstituen berbeda di pasar saat ini, ada yang trading jangka pendek dan jelas bagi saham yang diuntungkan dari kebijakan di-rumah-saja memiliki energi penguatan di beberapa pekan terakhir dengan rasio harga lebih rendah sehingga menarik ditransaksikan," tutur Wayne Wicker, Direktur Investasi MissionSquare Retirement, dikutip CNBC International.
Di sisi lain lanjut dia, investor yang lebih berorientasi fundamental bisa bertaruh meraup cuan dari saham yang diuntungkan dari penguatan ekonomi karena pandemi menjadi kurang mengkhawatirkan bagi konsumen, seperti saham-saham perjalanan.
Saham Norwegian Cruise Line Holdings naik 4,3%, Delta Air Lines bertambah nyaris 3%, setelah kekhawatiran seputar omicron kian memudar. Pemerintah New York mengumumkan pencaburan aturan kewajiban masker di dalam ruangan.
Hampir 60% konstituen indeks S&P 500 telah merilis kinerja keuangan dan sebanyak 77% dari mereka mencetak laba bersih di atas prediksi, menurut FactSet. Disney, Mattel, MGM Resorts, dan Uber Technologies akan merilis neraca keuangannya setelah perdagangan ditutup.
Investor bersiap untuk rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Kamis (10/2/2022), yang menunjukkan proyeksi inflasi. Inflasi tinggi akan menggerus keuntungan surat utang, sehingga memicu aksi jual yang menekan harga obligasi dan mengerek imbal hasil (yield).
Ketika yield meninggi, saham teknologi pun terkena aksi jual karena mayoritas pendanaan mereka berbasis surat utang. Di situasi yield tinggi, emisi obligasi baru pun harus menawarkan kupon yang lebih tinggi sehingga menekan profitabilitas mereka.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah mengumumkan rencana kebijakan moneter untuk mengatasi kenaikan harga yang tinggi. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester kepada CNBC menyebutkan bahwa bank sentral siap menaikkan suku bunga kapanpun.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa suku bunga acuan (Fed Funds Rate) dimungkinkan naik tiga kali tahun ini, tetapi pihaknya tak menutup kemungkinan mengubahnya bergantung pada respons ekonomi.
(ags/ags)