Newsletter

Wall Street 'Tenggelam' & Covid Melesat, IHSG Bisa Selamat?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
04 February 2022 06:10
Gambar Cover, Omicron Merajalela
Foto: Arie Pratama

Pada perdagangan hari ini tidak terlalu banyak sentimen baru yang mungkin dapat mempengaruhi pasar secara signifikan, mengingat minggu ini tidak ada lagi pengumuman data ekonomi baru.

Sedangkan untuk minggu depan beberapa data ekonomi penting telah dijadwalkan untuk diumumkan seperti data pertumbuhan PDB kuartal keempat, data cadangan devisa dan keputusan terkait kenaikan suku bunga acuan. Data-data tersebut tentu ikut ditunggu dengan seksama oleh para investor.

Sentimen utama yang masih terus membayangi perdagangan adalah kondisi pandemi yang semakin para dari hari ke hari yang tentunya dapat membebani kinerja IHSG. Lonjakan kasus infeksi Covid terus meningkat drastis dalam sepekan dalam sepekan ini, di mana dalam empat hari terakhir kasus corona kembali menembus angka 10.000. Data terbaru dari pemerintah, per tanggal 3 Februari terdapat penambahan 27.197 kasus positif baru. Provinsi DKI Jakarta melaporkan tambahan tertinggi dengan 10 ribu kasus dalam 24 jam terakhir.

Karena lonjakan signifikan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan perintah khusus kepada Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang juga Koordinator PPKM Jawa & Bali Jenderal TNI (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku Koordinator PPKM luar Jawa & Bali untuk merespons lonjakan kasus Covid-19 dan segera mengevaluasi level PPKM

Lebih lanjut, dalam pernyataan yang disampai dari Medan, Sumatra Utara, Presiden Jokowi juga meminta kepada gubernur dan bupati dibantu jajaran TNI dan Polri agar memastikan penerapan prokes dilaksanakan masyarakat. Pun dengan vaksinasi yang harus terus dijalankan dan dipercepat.

Pengetatan dalam pelaksanaan PPKM tentu menjadi kabar dukan bagi aset berisiko seperti saham dan akan jadi pemberat bagi laju pasar keuangan Indonesia.

Dari luar negeri, salah satu sentral utama telah mengumumkan kenaikan suku bunga, meski ada juga ban sentral lain yang masih memilih untuk menahannya.

Bank of England yang merupakan bank sentral utama pertama yang menaikkan suku bunga pada Desember lalu sebanyak 15 bps - dari 0.1% menjadi 0,25% - kini kembali menaikkan suku bunga yang jauh lebih agresif atau sebanyak 50 bps - menjadi 0,75%.

Kenaikan beruntun pertama sejak tahun 2004 ini dilakukan oleh bank sentral Inggris dilakukan untuk mengekang Inflasi yang telah melonjak ke level tertinggi dalam 30 tahun pada bulan Desember akibat kenaikan biaya energi serta permintaan kuat yang diiringi masalah rantai pasokan terus berlanjut menjadikan harga barang-barang ikut naik signifikan.

Selanjutnya bank sentral Brasil yang masih kewalahan mengekang inflasi dan berjuang melawan resesi kembali menaikkan suku bunga sebesar 150 bps menjadi 10,75% dari semula 9,25%. Kenaikan ini merupakan yang kedelapan secara beruntun, dengan inflasi tahun lalu tercatat sebesar 10,06%, jauh di atas target pemerintah Brasil sebesar 3,5% plus minus 1,5%.

Sementara itu, berbeda dengan Inggris, Bank sentral Eropa masih tetap mempertahankan suku bunga utama meskipun terjadi rekor kenaikan inflasi dan menyebut bahwa kenaikan harga tersebut menurun sepanjang tahun.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular