Newsletter

Semesta Mendukung, IHSG Bisa Happy Ending Hari Ini?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Kamis, 03/02/2022 06:00 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,15% di level 6.707,652 pada perdagangan perdana bulan Februari, Rabu (2/2/2022). Sebelum libur perayaan imlek, IHSG ditutup melemah 0,22% di level 6.631,15 pada Senin (31/1/2022).

Pada perdagangan kemarin, IHSG mendapatkan katalis positif dari kinerja Wall Street yang cukup oke semalam sebelumnya. Indeks Dow Jones naik 0,78% dan memimpin penguatan sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 0,68% dan 0,75%.

Bersamaan dengan penguatan IHSG, asing net buy Rp 443 miliar di pasar reguler. Saham BBCA dan ARTO menjadi yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy Rp 253 miliar dan Rp 147 miliar. Sedangkan saham ANTM dan TLKM menjadi dua saham yang paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 105 miliar dan Rp 88 miliar.

Dari performa IHSG bulan lalu, jelas bahwa tidak ada January Effect. Lalu apakah setelah dibuka menguat pada perdagangan kemarin, momentum positif ini dapat berlanjut di bulan Februari ini?

Sebenarnya secara siklikal, kinerja bulanan IHSG cenderung moncer di bulan Februari. Setidaknya dalam satu dekade terakhir, return bulanan IHSG cenderung positif. Sejak tahun 2011-2021 rata-rata gain IHSG mencapai 1,36%.

IHSG tercatat melemah secara beruntun di bulan Februari 2018-2020 dengan koreksi masing-masing sebesar 0,13%; 1,37% dan 8,2%. Koreksi tajam IHSG di bulan Februari tahun 2020 disebabkan oleh awal mula Covid-19 menyebar di seluruh dunia sehingga aksi jual saham juga terjadi secara global.

Tahun 2021, IHSG mencatatkan return positif dengan penguatan fantastis. Indeks naik hampir 6,5% bulan Februari tahun lalu. Namun gain tersebut masih kalah dengan cuan IHSG pada Februari 2013 yang naik sampai 7,68% dibanding bulan sebelumnya.

Sebagai catatan, data historis memang tidak menjamin bahwa pola tersebut akan pasti berulang. Namun setidaknya hal tersebut bisa menjadi acuan dan memberikan gambaran secara umum.

Jebloknya indeks dolar Amerika Serikat (AS) serta rilis data ekonomi yang bagus dari dalam negeri membuat rupiah mampu mencatat penguatan dua hari beruntun, yang mana saat perdagangan Rabu dibuka, rupiah tercatat langsung melesat.

Melansir data Refinitiv, begitu bel perdagangan berbunyi rupiah langsung menguat 0,52% ke Rp 14.305/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hari ini, setelahnya rupiah memangkas penguatan dan berakhir di Rp 14.355/US$, menguat 0,17% di pasar spot.

Meski penguatan terpangkas cukup signifikan, tetapi rupiah mampu menjadi mata uang terbaik di Asia hari ini. Mayoritas mata uang utama Asia bahkan melemah melawan dolar AS, sehingga rupiah bisa dikatakan mencatat start impresif di awal Februari, setelah tertekan sepanjang bulan lalu.


(fsd/fsd)
Pages